Sejarah Indonesia
Patok Jati di Taman Tjimanoek Indramayu dan Kejayaan Sungai Cimanuk Sebagai Pusat Niaga
Patok jati yang ada di Taman Tjimanoek Indramayu ada kaitannya dengan kejayaan Sungai Cimanuk sebagai pusat niaga.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Hasil padi itu juga dikirimkan ke Belanda melalui jalur laut dari Sungai Cimanuk hingga tembus ke laut lepas.
Berdasarkan catatan sejarah, diketahui masa kebesaran Pelabuhan Bandar Cimanuk berakhir pada 1772 karena fungsinya yang beralih bukan untuk transportasi dagang, melainkan untuk mengakomodasi bahan atau ke pentingan pertempuran di era Mataram.
Namun, disampaikan Nang Sadewo, Pelabuhan Bandar Cimanuk masih berfungsi sebagai pelabuhan kecil hingga 1935-1940-an.
Hal itu dibuktikan pula dengan adanya enam buah patok besi bekas penambat kapal yang hingga saat ini masih tertanam di sisi-sisi jalan.
"Itu dahulu saya masih ingat sekali waktu kecil di dalamnya banyak kilang bekas pipa-pipa," ujar dia.
Kendati demikian, Gedung Rijstpellerij sekarang sudah lenyap dari ingatan berganti dengan bangunan gedung baru.
Gedung Rijstpellerij itu dibongkar dan mulai dibangun kembali menjadi gedung serba guna Kodim 0616/Indramayu.
Kendati demikian masyarakat yang ingin melihat potret lama Gedung Rijstpellerij ini masih bisa melihatnya di Museum Bandar Cimanuk (MBC) Jalan Veteran Nomor 1 Lemahabang, Indramayu.
Sementara itu, menurut salah seorang warga Desa Tambak Indramayu, Jupri (29) mengatakan, sebagai benda bersejarah, seharusnya patok jati di Taman Tjimanoek Indramayu diberi keterangan papan informasi.
Pasalnya, patok jati itu walau dilindungi dengan pembatas rantai disekelilingnya, masih banyak yang tidak mengetahui bagaimana sejarahnya.
"Saya juga awalnya mengira ini cuma patok biasa, tapi kenapa ada pembatas rantai gitu, ternyata memang ada sejarahnya," ujar dia.
Baca juga: Menengok Patok Jati di Taman Tjimanoek Indramayu, Ternyata Bukan Sembarang Patok, Ini Sejarahnya