Obyek Wisata Alam di KBB Ditutup Selama Ada Potensi Cuaca Ekstrim

Objek wisata alam terbuka di Kabupaten Bandung Barat (KBB) di lahan Perhutani Bandung Utara ditutup selama cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Mega Nugraha
tribunjabar/putri puspita
Libur Panjang, Nikmati Kesejukan Hutan Pinus dan Indahnya Tanaman Anggrek di Orchid Forest Cikole 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Objek wisata alam terbuka di Kabupaten Bandung Barat (KBB) di lahan Perhutani Bandung Utara ditutup selama cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi.

Penerapan mekanisme buka tutup objek wisata Perhutani berlaku selama prediksi cuaca esktrem terjadi. Apalagi ada arahan dari BPBD Bandung Barat untuk menerapkan mekanisme serupa untuk antisipasi longsor dan pohon tumbang.

Baca juga: Cerita Nenek di Tasikmalaya, Bangun Tengah Malam Salat Tahajud Lalu Selamat dari Rumah Ambruk

Asisten Perhutani KPH Bandung Utara Susanto mengatakan, sejauh ini ada 11 objek wisata alam yang tersebar mulai dari kawasan Parongpong, Cisarua, hingga Lembang. Semua objek wisata ini berada dibawah naungan Perhutani.

"Skema buka tutup objek wisata alam saat cuaca ekstrem sendiri berlaku secara situasional. Hal itu dilakukan oleh pengelola setiap objek wisata," ujarnya saat dihubungi, Kamis (18/11/2021).

Baca juga: Lembang dan Cikande KBB Jadi Daerah Paling Parah Diterjang Bencana Alam

Jika saat proses penutupan objek wisata dilaksanakan namun di dalamnya masih ada pengunjung, kata dia, maka pengelola bakal mengarahkan pengunjung untuk berkumpul di satu titik yang sudah ditentukan. 

"Kalaupun ada pengunjung di dalam saat cuaca ekstrem itu akan ditutup dan mereka diarahkan ke titik kumpul. Baik di Orchid, Grafika, Pal 16, Green Grass, sampai Gunung Putri," kata Susanto. 

Dalam menerapkan skema buka tutup ini, nantinya bakal ada SOP yang diterapkan pengelola sesuai arahan karena mereka merupakan mitra Perhutani.

"Teman-teman (pengelola) sudah belajar membaca situasi cuaca terutama di wilayah Cikole, Lembang. Kalau saat hujan turun dengan angin kencang dan berpotensi ada bencana pasti ditutup,"   ucapnya.

Sejauh ini, pihaknya juga sudah memprediksi bahwa cuaca ekstrem ini berpotensi terjadi sejak September sampai Januari, sehingga sebelum ada arahan BPBD, pihaknya juga sudah menerapkan SOP tersebut.

Baca juga: Cerita Istri Sebelum Yana Hilang Misterius di Tempat Genosida Cadas Pangeran, Tangisnya Penuh Harap

Menurutnya, skema buka tutup tersebut perlu dilakukan karena selama beberapa pekan terakhir, pihaknya mencatat setidaknya ada 17 kejadian pohon tumbang di area wisata Perhutani akibat cuaca ekstrem yang terjadi. 

"Tumbang itu karena pohon sudah keropos karena tanaman tua rata-rata dari tahun 1962. Jadi kita juga ada program revitalisasi hutan lindung di sela-sela pohon tua itu ada pohon pengganti baru," ucap Susanto.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved