KPK Ajukan Kasasi atas Bebasnya Totoh Gunawan dan Anak Aa Umbara soal Kasus Korupsi Bansos Covid-19

Padahal jaksa KPK menuntut Totoh Gunawan agar dihukum selama 6 tahun penjara ditambah denda Rp300 juta subsider 6 bulan kurungan

Editor: Ravianto
tribunnews
KPK Tahan Totoh Gunawan, Bupati Bandung Barat Aa Umbara dan Anaknya Sakit Usai jadi Tersangka 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengajukan kasasi terhadap vonis bebas dua orang terdakwa kasus dugaan korupsi pengadaan bansos atau korupsi bansos Covid-19 di Kabupaten Bandung Barat yaitu Totoh Gunawan dan Andri Wibawa.

Penyerahan memori kasasi itu dilakukan setelah majelis hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung pada Kamis (4/11/2021) menjatuhkan vonis bebas terhadap pengusaha Totoh Gunawan dan Andri Wibawa yang merupakan anak Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna.

Suasana sidang dakwaan dugaan kasus korupsi bansos Covid-19 dengan terdakwa Bupati Bandung Barat (KBB) nonaktif, Aa Umbara Sutisna bersama anaknya, Andri Wibawa dan pengusaha M Totoh Gunawan digelar secara virtual (online) di Ruang II Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021).
Suasana sidang dakwaan dugaan kasus korupsi bansos Covid-19 dengan terdakwa Bupati Bandung Barat (KBB) nonaktif, Aa Umbara Sutisna bersama anaknya, Andri Wibawa dan pengusaha M Totoh Gunawan digelar secara virtual (online) di Ruang II Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021). (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

"Tim jaksa melalui kepaniteraan pidana khusus Pengadilan Tipikor Bandung telah menyatakan upaya hukum yaitu menyatakan upaya hukum kasasi untuk terdakwa Andri Wibawa dan M. Totoh Gunawan dalam perkara tindak pidana korupsi pengadaan barang tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 pada Dinas Sosial Pemkab Bandung Barat tahun 2020," kata Plt juru bicara KPK Ipi Maryati Kuding dalam keterangannya, Kamis (18/11/2021).

Majelis hakim menilai Andri dan Totoh tidak berbukti melakukan pasal 12 huruf i UU No 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Padahal jaksa KPK menuntut Totoh Gunawan agar dihukum selama 6 tahun penjara ditambah denda Rp300 juta subsider 6 bulan kurungan serta membayar uang pengganti sejumlah Rp1.118.433.848 subsider 1 tahun penjara.

Sedangkan Andri Wibawa dituntut 5 tahun penjara ditambah kewajiban membayar uang pengganti senilai Rp2,6 miliar.

Meski menyatakan Totoh dan Andri tidak terbukti melakukan perbuatan pidana, namun majelis hakim yang sama menyatakan Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna terbukti ikut campur tangan dalam pengadaan barang melalui perusahaan milik M. Totoh Gunawan serta perusahaan yang disiapkan oleh Andri Wibawa melalui Denny Indra Mulyawan, Hardy Febrian Sobana, dan Diane Yuliandari sehingga menerima keuntungan sebesar Rp2,379 miliar.

AA Umbara pun divonis 5 tahun penjara ditambah denda Rp250 juta subsider 6 bulan kurungan ditambah kewajiban membayar uang pengganti sebesar Rp2,379 miliar subsider 1 tahun penjara.

"Tim jaksa juga menyerahkan memori banding untuk terdakwa Aa Umbara," kata Ipi.

Tim jaksa KPK juga mengajukan kasasi untuk terdakwa Wali Kota nonaktif Cimahi Ajay M. Priatna dalam perkara menerima gratifikasi terkait pembangunan RS Kasih Bunda.

"Tim juga menyerahkan memori kasasi untuk terdakwa Ajay M Priatna," kata Ipi.

Di pengadilan tingkat pertama, Ajay dijatuhi vonis 2 tahun penjara ditambah denda Rp100 juta subsider 3 bulan kurungan ditambah kewajiban membayar uang pengganti sebesar Rp1,425 miliar subsider 1 tahun penjara. 

Selanjutnya Pengadilan Tinggi Bandung juga memperkuat vonis Ajay tersebut sehingga vonis Ajay tetap 2 tahun penjara.

"Terkait memori kasasi dan memori banding dimaksud, KPK berharap majelis hakim baik di tingkat banding maupun tingkat kasasi, sepenuhnya mengabulkan permintaan tim jaksa sesuai dengan fakta-fakta hukum selama proses persidangan dan memutus sesuai dengan rasa keadilan publik," kata Ipi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved