Jelang Natal dan Tahun Baru, Menteri Perdagangan Sebut Harga 3 Komoditas Ini Naik,
Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI tengah mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI tengah mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Setidaknya ada tiga komoditas yang tengah mengalami kenaikan.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan pihak Dirjen Perdagangan Dalam Negeri berkoordinasi dengan 34 kepala dinas perindustrian dan perdagangan di setiap provinsi untuk memastikan beberapa hal terkait kebutuhan barang pokok dan penting menjelang Nataru.
“Kita memastikan stoknya dan harganya terjangkau,” katanya seusai Rapat Koordinasi Nasional Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Natal dan Tahun Baru 2022 di Hotel Preanger, Bandung, Senin (15/11/2021).
Baca juga: Harga Ayam Pejantan Naik Tipis, di Tingkat Peternak di Ciamis Sudah Tembus Angka Rp 32.000 Per Kilo
Ia mengatakan perkembangan harga bahan pokok menjelang Nataru kali ini terpengaruh oleh perubahan iklim, seperti cabai merah. Kemudian harga komoditas yang dipengaruhi oleh kondisi global seperti minyak goreng dan kedelai.
“Contoh minyak goreng. Minyak goreng ini sekarang ini sudah mencapai level Rp 16.000 hingga Rp 17.000 untuk kemasan sederhana karena harga CPO (crude palm oil),” ujarnya.
Selain minyak goreng, komoditas lain yang harganya juga naik adalah telur ayam ras.
Harga telur ayam ras, sebelumnya turun drastis, namun kini harganya naik.
Baca juga: Harga Telur Ayam Ras di Kota Tasikmalaya Saat Ini Melebihi Harga Normal, Harga Naik dari Bandar
Namun kenaikan ini menurutnya masih wajar mengingat ongkos dari petelur mencapai Rp 19.000-Rp 21.000.
“Jadi harga yang wajar Rp 24.000, jadi kita mesti memaklumi bahwa kita harus hidup berdampingan dan kita harus mem-protect petani telur ini,” katanya.
Mengenai cabai, jelang Nataru harganya terpantau sudah naik 15 persen karena kini sudah masuk musim penghujan.
Pengaruh cuaca ini otomatis membuat harga cabai naik, dan akan bergerak normal.
Namun di sejumlah daerah, pihaknya mendapat laporan jika stok di daerah aman hingga 1,5 bulan untuk kebutuhan Nataru.
“Jadi cabai ini masalahnya dari siklus cuaca, yang biasanya kering dan basah mempengaruhi dari harga cabai,” kata Mendag.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag RI Oka Nurwan mengatakan kenaikan harga minyak goreng paling tinggi ada di komoditas minyak curah.
Baca juga: Paeruzillah Pimpin HPDKI Cianjur, Janji Naikkan Harga Domba dan Ajukan Lahan Untuk Domba Ketangkasan
Menurutnya dibanding minyak goreng kemasan yang bisa tahan satu tahun.
“Karena umurnya sangat pendek, itu tergantung dengan CPO internasional, jadi harganya tergantung,” ujarnya.
Ia mengatakan distribusi 11 juta liter minyak ke daerah dengan harga Rp 14.000 akan diriingi oleh edukasi kepada publik bahwa kenaikan CPO internasional berpengaruh pada harga minyak curah.
Kebutuhan minyak goreng di Indonesia per bulan mencapai 410.000 ton yang diserap untuk minyak goreng kemasan, curah rumah tangga, dan industri.
“Yang digelontorkan 11 juta liter ini sedikit tapi itu biasanya kemasan sederhana 5% dari 410.000. Tapi ini masih sedikit tapi makanya disampaikan tidak bisa diborong, kalau diborong harganya murah diguntingin jadi minyak curah dijual jadi Rp 16.000,” ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Mohamad Arifin Soedjayana mengatakan pihaknya masih menunggu distribusi minyak goreng dari Kementerian Perdagangan.
Baca juga: Setelah Terpuruk, Kini Harga Telur Ayam Ras di Kota Tasik Bergairah Lagi Tembus Rp 24.000 per Kg
Penyaluran rencananya akan melibatkan Aprindo.
“Kita menunggu alokasi Jabar berapa untuk dialokasikan ke kabupaten/kota,” tuturnya.
Harga minyak goreng di Jabar sendiri terpantau Rp 17.000 per liter.
Cabai merah ada kenaikan tapi tidak terpantau tinggi.
Menurutnya dalam rapat koordinasi tersebut setiap daerah menyampaikan kondisi dan pantauan harga jelang Nataru.
“Di provinsi lain masih wajar, minyak goreng Rp 17.000 di kita,” kata Arifin.
Baca juga: Ditjen Pajak Lelang Mobil Hasil Sitaan, Toyota Dibandrol Harga Rp 30 Jutaan, Honda Jazz Rp 40 Jutaan
Ia berharap adanya alokasi minyak goreng tersebut bisa menekan harga hingga Rp 14.000. Menurutnya kenaikan ini bukan datang dari pedagang, tapi karena harga CPO yang tinggi.
Sementara untuk cabai, pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura sudah melakukan koordinasi.
“Di sentra produksi sama kesulitan karena musim hujan, terus kami berkoordinasi dengan sektor hulu, di Jabar cukup banyak cabai. Untuk telur juga masih taraf wajar, minyak saja yang tinggi sampai Rp 17.000,” katanya.
Disperindag Jabar terus memantau perkembangan harga di lima pasar rakyat setiap hari.
Menurutnya informasi fluktuasi dibuka pihaknya pada masyarakat lewat informasi di sosial media.