Kampung di Sumedang Terhimpit Proyek Tol Cisumdawu, Warga 2 Kali Layangkan Surat tapi Tak Direspons

Ke-12 keluarga ini berharap pindah dari lokasi tempat tinggal mereka itu, sebab, Blok Gajah terancam terisolasi saat Tol Cisumdawu sudah beroperasi

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Istimewa /Dadan Ramdan
Kampung Cidempet berada di Desa Cibeureuyeuh, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Di Kampung ini, ada sebuah blok bernama Blok Gajah yang dihuni oleh sekitar 12 keluarga. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Proyek pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) telah lama berlangsung. Namun, serpih kisah hidup warga Kampung Cidempet yang terancam terisolasi akibat proyek tersebut baru terdengar kini.

Kampung Cidempet berada di Desa Cibeureuyeuh, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Di Kampung ini, ada sebuah blok bernama Blok Gajah yang dihuni oleh sekitar 12 keluarga.

Ke-12 keluarga ini berharap pindah dari lokasi tempat tinggal mereka itu, sebab, Blok Gajah terancam terisolasi jika Jalan Tol Cisumdawu sudah beroperasi.

Bukan hanya dampak jangka panjang seperti terisolasi itu, kini pun, selama proyek pembangunan berjalan, warga sudah merasakan dampak proyek tersebut.

Baca juga: Jalan di Turki Dinarasikan Tol Cisumdawu, Menteri Tahjo Kumolo Sampaikan Maaf, Disentil Roy Suryo

Blok Gajah di Kampung Cidempet ini berada di proyek Tol Cisumdawu sesi V.

"Lokasi wilayah rumah kami ini sekarang terisolasi dan tidak menjadi bagian dari wilayah pembebasan lahan Tol Cisumdawu," ujar Dadan Ramdan (47), warga Kampung Cidempet kepada TribunJabar.id, Kamis (14/10/2021), melalui telepon.

Bayangkan, kata Dadan, saat ini warga beraktifitas dengan menggunakan jalan yang sama dengan jalan untuk aktifitas proyek. Untuk memutar menggunakan jalan kampung lainnya, perlu jarak dan waktu tempuh yang lebih jauh dan lama.

Dadan bersama warga lainnya khawatir dengan keselamatan warga jika harus melintas ke jalan proyek. Warga tidak ada pilihan selain mesti pindah dari kampung itu.

"Keselamatan warga juga terancam. Kalau nanti tol sudah beroperasi, kami betul-betul tertutup, jalan menuju dan dari kampung kami ini harus memutar jauh," katanya.

Menrut Dadan, selain khawatir terisolasi, warga juga sudah merasakan dampak dari proyek itu. Dampak seperti suara bising yang sangat mengganggu dan getaran pada tanah akibat penggunaan alat-alat berat menjadi santapan sehari-hari.

Begitu juga saluran air utama warga kampung yang digilas jalurnya oleh proyek tol. Akibatnya, menurut Dadan, warga kesulitan air bersih. Ke kampung Cidempet, air kadang mengalir kadang kering.

"Air kami ini hasil nyambung dari kampung besar yang sekarang terputus akses tol, jadi terganggu juga," kata Dadan.

Dadan keukeuh, bersama warga lainnya, dia hendak pindah dengan syarat utama, lahan yang kini dihuni, dibebaskan oleh Pemerintah.

Baca juga: Akhir Tahun Ini Tol Cisumdawu Baru Bisa Dipakai Hingga Cimalaka, Kertajati Ditarget Sebelum Lebaran

Kepada Pemerintah, melalui Badan Pertanahan Nasional/Agraria dan Tata Ruang (BPN/ATR) Kabupaten Sumedang, warga telah menyampaikan surat permohonan pembebasan lahan milik 12 keluarga.

Namun, surat yang dicap Pemerintah Desa Cibeureuyeuh itu tidak mendapatkan balasan bahlan sekedar respons, meski telah dua kali dilayangkan.

"Permintaan kami tidak muluk, hanya berharap pemerintah membebaskan lahan kami ini. Supaya tidak ada kampung yang terisolasi. Dengan kenyataan ini, selain aspek sosial, perekonomian warga juga terganggu," ujar Dadan.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved