Budi Daya Anggrek Tebu yang Harganya Fantastis di SMK PPN Tanjungsari, Lewat Kultur Jaringan
Di SMK PPN Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat, anggrek tebu dibudidayakan dengan cara kultur jaringan tanaman.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor TribunJabar. Id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Anggrek selalu diincar oleh pehobi tanaman hias. Bunganya yang cantik dengan warna mencolok lagi tegas dan bentuknya yang serba unik menjadi alasan banyak orang mencintai anggrek.
Beberapa bunga anggrek menimbulkan wangi yang mungkin tak ditemukan pada bunga-bunga lain.
Selain itu, penantian orang pada mekarnya bunga anggrek seperti pecah bisul ketika bunga itu betul-betul merekah.
Baca juga: Hobi Tanaman Hias Bikin Untung Besar, Badai Pernah Beli Tanaman Rp 800 Ribu Dijual Seharga Mobil
Misalnya anggrek merpati yang tumbuh liar secara efifit. Bunganya yang putih seperti merpati sedang mengepakkan sayap mekar sebulan sekali. Namun, kekuatan mekar bunga itu hanya sehari. Pun dengan wanginya, seharian harum memenuhi udara.
Di Indonesia, ada banyak jenis anggrek. Setiap orang berbeda motivasinya dalam memeliharan anggrek. Ada yang karena bunga, karena wangi, dan karena bentuk pohon. Bahkan ada juga karena gengsi memiliki anggrek mahal.
Di antara yang harganya mahal adalah anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum). Tanaman anggrek ini mirip dengan tanaman tebu. Bahkan bisa hidup dengan ukuran sangat tinggi melebihi kenormalan anggrek pada umumnya.
Anggrek ini berbunga setiap sepuluh tahun sekali, jika melalui perbanyakan biji. Orang senang memelihara anggrek ini karena tanamannya yang berwarna hijau segar serta penantian bunganya yang lama.
Tanaman ini bisa mencapai tinggi 3 meter, bahkan daunnya lebih mirip daun pohon kelapa.
Jika mekar, bunga anggrek yang diketemukan di Kalimantan, Papua, dan sejumlah daerah lainnya ini bercorak tutul seperti tutul pada kulit macan. Indah dipandang. Namun, setiap daerah tumbuh mempengaruhi corak bunga tanaman ini.
Baca juga: VIRAL Tanaman Hias Ini Dijual Seharga Rumah, Padahal Saat Awal Dibeli Cuma 800 Ribu, Begini Kisahnya
Tanaman anggrek tebu siap berbunga bisanya dijual paling murah Rp7 juta per pohon.
Di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negara (SMK PPN) Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat, anggrek tebu dibudidayakan dengan cara kultur jaringan tanaman.
Suhara, Guru Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman SMK PPN Tanjungsari mengatakan pembudidayaan anggrek melalui cara tersebut sangatlah efektif.
Anggrek tebu menurutnya adalah jenis yang langka. Dia sendiri awalnya hanya memiliki satu tangkai tanaman yang dia beli seharga Rp250ribu.
Kini, tanaman utama itu sudah menumbuhkan dua tunas baru dan sudah berdaun lebat. Dari tanaman itulah Suhara bisa melakukan upaya perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan.
"Kultur jaringan hanya bisa dilakukan di labolatorium. Bahan tanam diambil dari bagian tanaman yang sehat dan masih muda seperti tunas, batang, buah, bunga, atau biji," kata Suhara, ditemui TribunJabar.id, di Green House SMK PPN Tanjungsari, Sumedang, Senin (4/10/21).
Media khusus tersebut adalah adonan agar-agar cair dengan pupuk tertentu yang disetrilkan. Media semai itu dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat.
Prinsip kultur jaringan, kata Suhara adalah totipotensi sel. Artinya, setiap satu sel tanaman berpotensi menjadi satu individu tanaman baru.
Baca juga: Marak Lagi, Pencuri Satroni Sejumlah Rumah Warga, Incar Tanaman Hias Aglonema Jenis Ini
"Setiap subkultur atau pemindahan ke media tumbuh baru berlangsung dalam tiga bulan sekali. Sehingga, jika tanaman sudah sampai ke subkultur keempat yang berati siap tanam di luar botol, perlu waktu setahun sejak persemaian pertama," kata Suhara.
Kultur jaringan sangat efektif dibandingkan menanam dengan cara menunggu runas baru. Perbandingannya, satu tunas hanya menumbuhkan satu tanaman baru, sementara satu sel dengan kultur jaringan bisa menghasilkan ratusan juta tanaman baru.
"Di sini kami juga mengembangkan anggrek jenis lain dengan cara yang sama. Ada Dendrobium, phalaenopsis, phajus tankervilleae, Vanda tricolor, ascocentrum miniatum, dan tentu saja yang sedang dibicarakan ini, grammatophyllum speciosum," katanya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK PPN Tanjungsari, Tuti Sunaryati mengatakan terkait kultur jaringan, sekolah berkonstentrasi penuh. Sebabnya, cara ini bisa juga dipakai untuk menyelamatkan tanaman-tanaman langka dengan daya manfaat tinggi.
Baca juga: Manfaat Tanaman Hias Ini Bisa untuk Obati Jerawat, Sakit Gigi hingga Bisul
"Kami programkan pelestarian tanaman langka melalui kultur jaringan ini. Termasuk pohon lame yang kaya manfaat dan sudah berusia ratusan tahun yang berdiri koloh di SMK PPN ini, kami kultur jaringankan," kata Tuti.
Khusus anggrek tebu, benih hasil kultur jaringan yang siap tanam dijual Rp250ribu per botol. (*)