Ubah Sampah Jadi Berkah, Gerakan Sedekah untuk Beli Ambulans Gagasan Pemuda Cimanggung Sumedang
Sampah yang disedekahkan ke SSTB beragam jenisnya. Mulai dari kardus bekas, dispenser rusak, kaleng-kaleng, barang-barang berbahan plastik, dan lainny
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor TribunJabar. Id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - "Dibuang, sayang" adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan keengganan kita membuang barang-barang bekas.
Barang bekas yang bernilai sampah itu akhirnya menumpuk di atas lemari atau di gudang di belakang rumah. Membuat kondisi rumah semakin sumpek.
Di tangan orang-orang muda di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, barang-barang sampah itu bisa menjadi media untuk bersedekah.
Baca juga: Sedekah Oksigen Warga Palasari Sekaligus Beri Edukasi Pemakaian, Akan Terus Ada Meski Pandemi Usai
Orang-orang muda ini menamakan gerakan sedekah sampah itu dengan Sedekah Sampah Tanpa Batas (SSTB). Tujuannya, meringankan orang yang mau bersedekah.
"Kadang kala orang mau sedekah tapi berat kalau dengan uang, atau malah sedang tak punya uang. Ya kami sediakan lahan sedekah dengan sampah," kata Deki Ismailudin, Koordinator SSTB saat dijumpai TribunJabar.id, Minggu (26/9/2021).
Sampah yang disedekahkan ke SSTB beragam jenisnya. Mulai dari kardus bekas, dispenser rusak, kaleng-kaleng, barang-barang berbahan plastik, karung bekas, besi, alumunium, dan lain sebagainya.
Orang yang bersedekah sampah tidak perlu datang menghampiri sekretariat SSTB, namun cukup dengan mengirin pesan WhatsApp kepada admin SSTB. Tak lama, tim penjemput sedekah sampah datang ke rumah orang tersebut.
"Tidak tercakup untuk satu desa, yang penting masih terjangkau dengan kendaraan roda dua, sampah akan dijemput," kata Deki.
Baca juga: Permudah Zakat Infaq Sedekah Lewat Digital Untuk Pulihkan Jabar, Baznas Gandeng BJB dan Grab
SSTB digagas karena potensi melimpah sumber daya manusia (SDM) para relawan bencana di Cimanggung yang bernaung di bawah organisasi Gerakan Muda Peduli Alam (Gempa), yakni Gempa Volunteer.
Para anggota, semuanya pemuda. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa, sisanya pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA).
Demi menutupi ongkos operasional kerelawanan, yang harus lintas daerah mengikuti lokasi peristiwa bencana, ide untuk mencari tambahan biaya itu diwujudkan dalam sedekah sampah.
Namun, inisiatif orang-orang muda ini tidak terhenti pada operasional organisasi saja. Mereka ingin berbakti lebih banyak untuk masyarakat.
"Siapa sangka dari gerakan ini bisa terbeli ambulans untuk dipakai oleh masyarakat yang betul-betul membutuhkan kendaraan itu," kata Deki.
SSTB terlebih dahulu menjalin kerjasama dengan pengepul sampah di daerah Cihanjuang. Pengepul itu yang siap menampung barang bekas yang dikumpulkan SSTB.
Rata-rata, sampah yang terkumpul di dalam program yang sudah berjalan nyaris dua bulan itu, dijual Rp 5ribu per kilogram. Dalam kurun waktu tersebut, sudah terkumpul sekitar 500 kilogram sampah.
Baca juga: Naskah Singkat Khotbah Idul Adha Tema Makna Berkurban dan Sedekah di Tengah Paceklik Wabah Corona
"Kami tidak menumpuk sampah di sekretariat. Jika pagi hari ada operasi menarik sedekah sampah, pada siang menjelang sore, sampah-sampah itu sudah diangkut ke tempat pengepul," katanya, seraya menyebut gerakan itu berslogan "rubah sampah menjadi berkah".