Ingin Fokus Tangani Pandemi Covid-19, PM Jepang Mundur dari Pemilihan Ketua Partai LDP

Menurut Suga, mengurus pencalonan dalam pemilihan dan menanangani Covid-19 akan membutuhkan energi yang sangat besar.

Editor: Ravianto
Tribunnews
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga 

TRIBUNJABAR.ID, TOKYO - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal, yang digelar akhir bulan ini.

Menurut Suga, mengurus pencalonan dalam pemilihan dan menanangani Covid-19 akan membutuhkan energi yang sangat besar.

Untuk itu, dia memutuskan mengundurkan diri dari pemilihan partai, dan menyiapkan panggung untuk penggantinya.

"Berlari dalam perlombaan dan menangani penanggulangan virus corona akan membutuhkan energi yang sangat besar," kata Suga di Tokyo, Jumat (3/9/2021).

Selain itu, Suga memutuskan mundur setelah melihat peringkat dukungannya turun di bawah 30 persen ketika Jepang berjuang dengan gelombang infeksi Covid-19 yang semakin memburuk.

PM Yoshihide Suga
PM Yoshihide Suga (Foto Sankei)

Lebih lanjut, sekretaris jenderal LDP Toshihiro Nikai mengatakan, Suga menyebutkan alasannya mundur dari pemilihan partai dalam pertemuan eksekutif.

Alasannya yakni, Suga ingin memfokuskan upayanya pada langkah-langkah penanganan Covid-19.

"Hari ini di pertemuan eksekutif, Presiden Suga mengatakan dia ingin memfokuskan upayanya pada langkah-langkah anti-coronavirus dan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan," kata Nikai sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Nikai heran dan menyesalkan keputusan Suga, tetapi bagaimana pun, perdana menteri berusia 72 tahun itu sudah membuat pilihan dengan pertimbangan yang cermat.

"Jujur, saya heran. Ini benar-benar disesalkan. Dia melakukan yang terbaik tetapi setelah mempertimbangkan dengan cermat, dia membuat keputusan ini," kata Nikai.

Adapun pengumuman mundurnya Suga menyusul peringkat penilaian masayarakat Jepang atas penanganan pemerintahnya terhadap pandemi.

Pemerintahan Suga mendapatkan nilai terendah sepanjang masa atas penanganan virus yang telah menyebar di lebih dari 200 negara.

Namun demikian, mundurnya Suga tidak memberikan petunjuk tentang rencananya untuk meninggalkan kantor setelah hanya satu tahun berkuasa dan sebelum mengikuti pemilihan umum pertamanya.

Daiju Aoki, kepala ekonom Jepang di UBS SUMI Trust Wealth Management, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pengumuman itu mengejutkan.

"Tetapi itu memberikan lebih banyak kepastian dan prospek ke depan daripada ketidakpastian ketika negara itu mencoba memerangi virus corona," kata Aoki.

Kontroversi Olimpiade Tokyo

Suga telah menghadapi kritik domestik yang intens setelah memutuskan untuk melanjutkan menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo di tengah keadaan darurat kesehatan yang sedang berlangsung karena pandemi.

Menjelang pertemuan LDP dan pemilihan pimpinan pada 29 September, banyak legislator muda yang menerima kekecewaan publik akibat penanganan krisis kesehatan oleh pemerintah.

Publik mengungkapkan hilangnya kepercayaan pada kepemimpinan dan mengisyaratkan tantangan kepemimpinan.

Bulan lalu, mantan Menteri Dalam Negeri Sanae Takaichi melemparkan topinya ke atas ring sebagai calon pengganti.

Suga menjadi perdana menteri tahun lalu, mengambil alih setelah mantan Perdana Menteri Shinzo Abe mengundurkan diri September lalu dengan alasan kesehatan yang memburuk.

Ketika Suga menjadi perdana menteri, ara analis berharap bahwa pengetahuan orang dalam tentang kompleksitas birokrasi Jepang dan pembuatan kesepakatan politik yang terampil dari masa jabatannya yang panjang sebagai tangan kanan Abe akan membantu dalam tantangan berat yang dihadapi negara.

Namun, ketika situasi pandemi negara itu memburuk, publik tidak menyukai Suga, karena dia juga menentang oposisi mayoritas untuk membatalkan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas, yang sudah tertunda selama satu tahun.

Sebelum menjadi perdana menteri, Suga relatif tidak menonjolkan diri dan dibayangi oleh Abe.

Dia menjadi lebih dikenal publik ketika dialah yang mengungkap nama era kekaisaran baru, Reiwa, momen perayaan yang menandai kenaikan kaisar baru dan menjadi viral, membuatnya mendapat julukan "Paman Reiwa".

Di balik layar, rekan dan analis mengatakan Suga telah berperan penting dalam menggeser elemen pengambilan keputusan dari birokrasi Jepang yang luas ke kantor perdana menteri dan menjinakkan persaingan faksi dalam LDP.

Namun, sebagai perdana menteri, dia terbebani oleh kritik terhadap pandemi, yang juga memengaruhi upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi negara.

Sebagai informasi, Suga adalah putra seorang petani stroberi dan seorang guru sekolah.

Suga dibesarkan di pedesaan Akita di Jepang utara dan melanjutkan ke perguruan tinggi setelah pindah ke Tokyo dengan bekerja di sebuah pabrik.

Dia terpilih ke kantor pertamanya pada tahun 1987 sebagai anggota majelis kota di Yokohama di luar Tokyo dan masuk parlemen pada tahun 1996.

Baca artikel lain seputar Jepang

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved