Warga Kampung Areng Tak Lagi Cemas Memasak, Biogas Mengalir Sendiri dari Pekarangan

Ratusan keluarga di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat tidak lagi kebingungan saat harga elpiji naik ataupun langka di pasaran.

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman
Tateng (50), Ketua RT 02, RW 07 Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat, salah satu koordinator penerapan biogas di kampung Areng menunjukkan kotoran sapi yang akan diolah menjadi biogas, Senin (30/8/2021). 

Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Rebekka Angelyn menambahkan, selama ini pemanfaatan biogas menjadi yang paling efisien sebagai pengganti energi gas. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan timnya, untuk menghasilkan listrik dengan kapasitas besar, diperlukan reaktor komunal agar dapat dinikmati masyarakat lebih banyak. 

Selama 10 tahun berjalan, kata dia, ada tiga poin penting yang menjadi catatan yakni, pola perilaku pengguna biogas yang berbeda antar pulau dan desa, kebijakan yang sinergis dari hulu ke hilir serta pelibatan lembaga keuangan untuk pembiayaan biogas

“Untuk bisa mendorong satu juta biogas rumah membutuhkan kebijakan dari hulu ke hilir. Jadi, semua paralel, tidak bisa siapa yang duluan mengerjakan apa. Dan Kementerian ESDM sebagai leading sectornya diharakan bisa mendorong kementerian-kementerian lain seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi, Kementerian Lingkungan Hidup untuk bersama-sama mendorong kebijakan dari hulu ke hilir untuk pengembangan biogas dan produk turunannya," ujar Rebekka. 

Strategi pengembangan biogas ini, kata dia, goalnya adalah secara perlahan untuk mundur dari skema subsidi dan masuk ke pasar. Artinya koperasi, lembaga keuangan mikro, perbankan, fintech (financial technology) bisa masuk ke pembiayaan biogas

Dari hasil pembangunan dan pemberdayaan di 14 provinisi di Indonesia, Yayasan Rumah Energi mendalami bagaimana masyarakat mau menggunakan biogas dan tetap terus menggunakan biogas selama 15-20 tahun. 

Selain menghasilkan energi, ekonomi masyarakat juga meningkat dari pemanfaatan ampas biogas menjadi pupuk yang dikenal dengan nama bioslurry. 

Aep Saepulloh (38) (kanan) dan Tateng (50) menunjukkan pupuk kascing di belakang rumahnya, di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat, Senin (30/8/2021). Pupuk kascing dihasilkan dari ampas kotoran sapi sisa biogas yang sudah difermentasi cacing.
Aep Saepulloh (38) (kanan) dan Tateng (50) menunjukkan pupuk kascing di belakang rumahnya, di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat, Senin (30/8/2021). Pupuk kascing dihasilkan dari ampas kotoran sapi sisa biogas yang sudah difermentasi cacing. (Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman)

Bio-slurry, Sumber Energi dan Ekonomi Baru Terbarukan

Program BIRU memberikan multimanfaat. Selain menghasilkan biogas, pengelolaan kotoran sapi juga menghasilkan limbah berupa bio-slurry, hasil dari pengelolaan biogas berbentuk lumpur yang masih mengandung nutrisi. 

Bio-slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan cacing tanah (Lumbricus rubellus). 

Selain memberi pakan sapi, Aep harus meluangkan waktunya untuk mengurus cacing tanah. Aep memanfaatkan bio-sllury sebagai bahan utama budidaya cacing tanah. 

Dalam satu bulan, Aep dapat memanen cacing tanah hingga satu kuintal. Per kilonya, Aep jual dengan harga Rp 22 ribu kepada bandar yang menyalurkan cacing tersebut ke sejumlah daerah untuk kebutuhan obat dan kosmetik. 

"Dari cacing panennya paling lama satu bulan setengah, paling cepat satu bulan. Kotoran sapi itu bisa jadi energi terbaru dan ekonomi terbaru juga," katanya. 

Selain memanen cacing, Aep juga mendapat pemasukan tambahan lagi menjual pupuk kascing atau bio-sullury kering sisa pakan yang sudah difermentasi oleh cacing. Setiap bulan, Ia bisa menghasilkan 10 karung pupuk kascing. 

"Sllury yang sudah difermentasi cacing, otomatis kering. Kita ambil, terus diayak. Setelah jadi pukuk, kita jual satu karungnya itu Rp 30 ribu kalau diantarkan, kalau diambil ke sini Rp 25 ribu," katanya. 

Dalam Jurnal penelitian Yudhi Utomo dari Universitas Negeri Malang, menunjukkan bahwa pupuk kascing ini memiliki kandungan unsur hara yang lebih banyak, seperti nitrogen 1,79 persen, kalium 1,79 persen, fosfat 0,85 persen, kalsium 30,52 persen, dan karbon 27,13 persen. Kandungan ini sangat efektif untuk menggemburkan tanah dan membuat tanaman menjadi subur, bila dibandingkan dengan kandungan pada pupuk kimia. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved