Warga Kampung Areng Tak Lagi Cemas Memasak, Biogas Mengalir Sendiri dari Pekarangan

Ratusan keluarga di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat tidak lagi kebingungan saat harga elpiji naik ataupun langka di pasaran.

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman
Tateng (50), Ketua RT 02, RW 07 Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat, salah satu koordinator penerapan biogas di kampung Areng menunjukkan kotoran sapi yang akan diolah menjadi biogas, Senin (30/8/2021). 

"Dulu, sebelum pandemi Covid-19 selalu ada kunjungan dari luar, lihat-lihat ke sini. Mahasiswa penelitian juga banyak," katanya. 

Pemanfaatan biogas ini menjadi solusi, Aep dan warga Kampung Areng lainnya tak khawatir saat harga gas elpiji naik atau pun langka di pasaran. "Lumayan, jadi hemat juga tidak perlu beli gas lagi," ucapnya. 

Tateng (50), Ketua RT 02, RW 07 salah satu koordinator penerapan biogas untuk warga mengatakan, biogas di kampungnya sudah ada sekitar 10 tahun lalu, melalui program BIRU. Namun, tidak semua warganya mendapatkan bantuan dari program tersebut. "Warga lain ada yang membangun digester dengan cara bermitra dengan koperasi," ujar Tateng

Menurut Tateng, saat ini sudah banyak reaktor milik warga yang sudah rusak atau terjadi pendangkalan akibat endapan lumpur dan kerikil. Warga yang belum memampu memperbaiki digester, otomatis kembali menggunakan elpiji. 

"Ada juga warga yang langsung memperbaiki dengan menguras endapan di penampungannya, kalau kotoran itukan mengandung tanah dan biasanya mengendap, tidak terangkat. Jadi kalau tidak dikuras, nanti gasnya bisa berkurang," katanya. 

Hingga saat ini, kata dia, warga yang reaktornya rusak belum dapat melakukan perbaikan karena terkendala biaya.  

Aep Saepulloh (38) menunjukkan api di dapurnya, di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat, Senin (30/8/2021). Api dari kompor tersebut dihasilkan dari kotoran sapi atau biogas.
Aep Saepulloh (38) menunjukkan api di dapurnya, di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat, Senin (30/8/2021). Api dari kompor tersebut dihasilkan dari kotoran sapi atau biogas. (Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman)

Satu Dekade Program Biogas Rumah (BIRU)

Program Biogas Rumah (BIRU) yang memanfaatkan kotoran ternak untuk pengolahan energi alternatif telah berjalan 10 tahun. Hingga 2021, program BIRU telah memfasilitasi terbangunnya 25.157 unit biodigester dan lebih dari 119 ribu orang di 14 provinisi di Indonesia telah merasakan manfaatnya. Program ini diharapkan akan terus berjalan menuju target 1 juta Biodigester. 

Pemanfaatan dan pengolahan limbah organik ini menjadi biogas merupakan salah energi alternatif yang dapat mendukung pencapaian bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. 

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan, setelah berjalan 10 tahun program biogas ini akan terus dikembangkan dengan menyusun road map baru. 

"Akan digali peluang termasuk dari APBN, akan diusulkan ada dana alokasi khusus untuk pengembangan program ini”, ujar Dadan, dikutip dari laman resmi EBTKE. 

Diakui Dadan, sejak dua sampai tiga tahun terakhir tidak ada anggaran untuk pembangunan biogas di Kementerian ESDM, pembangunan biogas dilakukan Yayasan Rumah Energi dari hasil pendapatan penjualan karbon. Pada tahun-tahun sebelumnya, pendanaan didapat dari sponsor, program, APBN (subsidi) dan dana dari masyarakat. 

Program ini, kata dia, nantinya mengarah kepada program yang berbasis masyarakat langsung. Pemerintah bakal memberikan fasilitas dan bantuan dari sisi konstruksi melalui Program BIRU ini. Namun, dari sisi implementasi tidak bisa dikebut seperti dulu karena pendanaan murni berbasis masyarakat dan sedikit tambahan dari Yayasan (YRE). 

“Sinergi adalah kata kuncinya dalam pengembangan biogas ini. ESDM tentu tidak bisa 100 persen melaksanakannya sendiri. Kita sudah punya pengalaman kalau kita membangun sendiri lalu serahkan ke masyarakat tidak sustain, jadi sekarang kita akan menyusun apa strateginya ke depan dengan melibatkan berbagai stakeholder. Tentunya Yayasan Rumah Energi akan terlibat dalam penyusunan programnya," katanya. 

Sinergi pengembangan biogas ini nantinya akan perluas ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Desa, Kementerian UKM dan Kementerian lain yang terkait yang memiliki ketertarikan dan program yang bisa disinergikan. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved