PPKM Jawa Bali Berakhir 23 Agustus, Apakah Bakal Diperpanjang? Ini Kajian Epidemiolog
Ini kajian dari ahli apakah besok PPKM Jawa-Bali harus diperpanjang atau tidak.
Senada dengan Windhu, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menyoroti indikator PPKM yang diubah-ubah.
Dari beberapa PPKM sebelumnya meskipun levelnya sama, tapi ketentuannya berbeda.
"PR kita selama ini juga adalah konsistensi terhadap indikator itu, jangan diubah-ubah, jangan dilonggar-longgarkan. Levelnya masih sama level 4 tapi pelonggarannya berbeda, nggak boleh seperti itu. Nanti nggak ada patokan yang jelas dan itu berbahaya," tegas Dicky pada Kompas.com, Minggu (22/8/2021).
Selain itu dia juga menyoroti terkait kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi. Menurutnya saat ini masih ada sekitar 100.000-an kasus per harinya.
"Sayangnya kita masih di 100.000-an kasus infeksi kita ini, artinya masih terlalu banyak yang belum terdeteksi,"
Lalu kasus kematian akibat Covid-19 juga masih tinggi. Meskipun menurutnya angka yang ada sudah turun, tapi turunnya tidak banyak.
"Kematian saat ini masih tinggi. Ini artinya kita harus perbaiki respons kita. Kita harus temukan kasus-kasus infeksi ini," tutur Dicky.
Dia memberi saran terkait penanganan Covid-19 kepada pemerintah, berikut ini poin-poinnya:
* Strategi berbasis sains dan pengalaman empiris
* Respons awal cepat, tepat dan kuat
* Tidak menunggu. Lebih baik 'overreact’ daripada menunggu dan mengamati
* Covid adalah penyakit baru dengan segala ketidakpastiannya
* Komitmen dan konsistensi sangat penting.
Selain itu Dicky menyebutkan beberapa faktor yang dapat menghambat keberhasilan penanganan Covid-19:
* Lemahnya system surveillance termasuk dukungan laboratorium untuk deteksi kasus