PPKM Jawa Bali Berakhir 23 Agustus, Apakah Bakal Diperpanjang? Ini Kajian Epidemiolog

Ini kajian dari ahli apakah besok PPKM Jawa-Bali harus diperpanjang atau tidak.

Editor: taufik ismail
Tribun Jabar
Suasana di salah satu jalan di Kota Garut, Jawa Barat, selama PPKM level 3, Selasa (10/8/2021). 

Senada dengan Windhu, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menyoroti indikator PPKM yang diubah-ubah.

Dari beberapa PPKM sebelumnya meskipun levelnya sama, tapi ketentuannya berbeda.

"PR kita selama ini juga adalah konsistensi terhadap indikator itu, jangan diubah-ubah, jangan dilonggar-longgarkan. Levelnya masih sama level 4 tapi pelonggarannya berbeda, nggak boleh seperti itu. Nanti nggak ada patokan yang jelas dan itu berbahaya," tegas Dicky pada Kompas.com, Minggu (22/8/2021).

Selain itu dia juga menyoroti terkait kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi. Menurutnya saat ini masih ada sekitar 100.000-an kasus per harinya.

"Sayangnya kita masih di 100.000-an kasus infeksi kita ini, artinya masih terlalu banyak yang belum terdeteksi,"

Lalu kasus kematian akibat Covid-19 juga masih tinggi. Meskipun menurutnya angka yang ada sudah turun, tapi turunnya tidak banyak.

"Kematian saat ini masih tinggi. Ini artinya kita harus perbaiki respons kita. Kita harus temukan kasus-kasus infeksi ini," tutur Dicky.

Dia memberi saran terkait penanganan Covid-19 kepada pemerintah, berikut ini poin-poinnya:

* Strategi berbasis sains dan pengalaman empiris

* Respons awal cepat, tepat dan kuat

* Tidak menunggu. Lebih baik 'overreact’ daripada menunggu dan mengamati

* Covid adalah penyakit baru dengan segala ketidakpastiannya

* Komitmen dan konsistensi sangat penting.

Selain itu Dicky menyebutkan beberapa faktor yang dapat menghambat keberhasilan penanganan Covid-19:

* Lemahnya system surveillance termasuk dukungan laboratorium untuk deteksi kasus

Halaman
1234
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved