Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (1): Kami Bertarung Sampai Berderai Air Mata
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menegaskan demokrasi Indonesia mengalami kemunduran jika masih terganggu dengan permasalahan kubu cebong dan kampret.
Karena semua manusia itu disebutnya hamba Tuhan, hamba Allah, sama semua kita.
Nah, soal agama itu masing-masing, agama itu didakwahkan, disampaikan. Maksa enggak boleh.
Itulah yang PAN ini jalankan. Oleh karena itu, kalau PAN punya menteri atau kader PAN jadi presiden, semua orang boleh maju, tidak ada dari kelompok tertentu, harus dari kelompok ini, harus ada gelar ini, seperti Indonesia hari ini, kita kembali ke suku, agama, kampret, cebong.
Ini kita malah mundur. Kalau yang jadi menteri dari partai A, yang lain enggak boleh, hanya dari saya, kader tertentu, ormas tertentu. Wah, susah kalau seperti itu.
Selama dua periode memimpin PAN, apa yang paling membahagiakan Anda?
Kalau kita bisa membantu banyak apa yang dirasakan masyarakat.
Misalnya, begini. Kemarin, ada Undang-undang Omnibus Law. Saya kalau mau dapat nama di rakyat bisa seperti Demokrat dan PKS yang walk out seperti pahlawan.
Tapi, kalau walk out, saya enggak bisa bikin apa-apa. Saya pilih tetap bertarung.
Oleh karena itu, saya pilih kader-kader terbaik. Di (pembahasan) Omnibus Law saya pasang yang terbaik seperti Prof Zainuddin Maliki, Doktor Ali Taher Parasong, Guspardi Daus, totalnya ada lima untuk mengawal Omnibus Law.
Mereka ini siang malam bertempur karena mau dipercepat. Bertarung habis-habisan sampai nangis berderai air mata.
Kami bersyukur bisa mempertahankan yang menurut kami untuk kepentingan rakyat, antara lain bidang pendidikan tetap tidak diliberalisasi.
Termasuk mempertahankan keberpihakan terhadap para tenaga kerja.
Walaupun di mata publik kami jelek, tidak apa-apa. Ya begitulah perjuangan.
Kalau mau enak, kita walk out saja, tidak capek dan perlu bertengkar.
Apakah ada masukan dan penilaian terhadap apa-apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi atau memutus mata rantai Covid-19, termasuk program vaksinasi?
