Kisah Remaja Sumedang Jadi Importir, Jatuh Awal Pandemi, Kini Bangkit Olah Kayu Bekas jadi Furniture

Gilang Muhammad Saurus (17) remaja asal Sumedang Sumedang, mengolah limbah kayu bekas peti kemas bernama limbah palet, menjadi beragam meubel

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Mega Nugraha
Tribun Jabar / Kiki Andriana
Gilang Muhammad Saurus (17), Jajaka kelahiran Sumedang, Jawa Barat yang mengolah limbah kayu bekas peti kemas menjadi beragam meubel cantik berharga jual tinggi. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Memiliki jiwa wirausaha sejak masih muda memang bukan hal sederhana. Sedikit anak muda yang memutuskan untuk berdiri di atas kaki sendiri sebagai wirausahawan. 

Gilang Muhammad Saurus (17) satu di antaranya. Remaja asal Sumedang, mengolah limbah kayu bekas peti kemas bernama limbah palet, menjadi beragam furniture cantik berharga jual tinggi.

Limbah palet yang didapatnya dari sejumlah industri, dipola, dimodifikasi dan dibentuk meja, meja bar, kursi, dan lemari. 

Sehari-hari, Gilang yang ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) memutuskan untuk berhenti sekolah reguler, mengerjakan pembuatan meubel itu di kediaman orang tuanya di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Sumedang. 

Baca juga: Jika PPKM Level 4 Tidak Diperpanjang, Bupati Subang Bakal Buat Aturan Baru Libatkan Masyarakat

Meski masih remaja, tetapi pengalaman Gilang dalam berwirausaha dan menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar sudah berlangsung lama. 

"Dulu, saya menjadi reseller produk kesehatan. Kemudian menjadi importir, dan kini mengurus meubel," kata Gilang saat ditemui Minggu (25/7/2021). 

Gilang berkisah, perjalanan berwirausahanya dimulai tanpa modal. Dia menjadi penjual produk-produk kesehatan tanpa modal. Keuntungan baru dia dapatkan jika produk berhasil terjual. 

Penjualan berjalan lumayan, sehingga Gilang bisa menyimpan uang yang kemudian dia gunakan nekat untuk berangkat ke Bali. 

Di Bali, dengan uang hasil menjadi reseller itu, dia belajar menjadi importir barang-barang murah dari China. Barang impor yang dia datangkan seperti earphone dan sepatu. 

Baca juga: Tempat Foto Kopi Unik di Bandung yang Anti Korupsi, Tidak Sediakan Bon Kosong hingga Kwitansi Fiktif

"Saya belajar menjadi importir dulu di lembaga yang khusus mengajari kegiatan itu. Waktu itu dilatih selama dua bulan dengan fokus untuk memilih barang bagus dan cara mendatangkannya," kata Gilang.

Gilang pernah mengimpor 3.200 buah earphone dan 500 pasang sepatu. Semua itu habis terjual dalam waktu tiga bulan saja. Namun, sedang asyik menjadi importir, pandemi Covid-19 melanda. Terlebih virus itu mula-mula melanda China.

"Dulu yang bekerja itu tim. Kami sesama teman ada enam orang. Tapi, karena Covid-19, usaha kami terhenti, dan tim bubar," kata anak pasangan Asep Sugian dan Sonia Sugian itu. 

Gilang kembali ke rumah orang tuanya di Sumedang. Meski pulang dengan tanpa pekerjaan, dia tidak lantas bingung dan menganggur. Dia menangkap peluang pembuatan meubel dari barang kayu bekas. 

"Ini juga masih belajar, tapi bersyukur lancar karena merekrut sejumlah pekerja yang ahli di bidang kayu," katanya. 

Sepaket meja makan dibanderol Rp 2,5 juta. Padahal modalnya sangat minim, yakni hitungan kasar 1 truk penuh palet hanya Rp1 juta. 

Penjualan sendiri dilakukan Gilang dengan cara offline. Meski, ke depan, dia akan meningkatkan sistem penjualan ke online. 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved