Sejarah Idul Adha, Kisah Nabi Ibrahim AS dan Anaknya, Ujian Berat Mencapai Kemuliaan
Momen Idul Adha dibarengi dengan menyembelih hewan kurban sapi hingga kambing. Berkaitan dengan momen sakral terkait kisah Nabi Ibrahim
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Setiap tahun, umat muslim merayakan Idul Adha, kerap disebut Lebaran Haji. Saat momen Idul Adha, takbir berkumandang di malam syahdu. Saat sebelum pandem Covid-19, banyak warga berkeliling sambil mengucap takbir.
Pada pagi hari di hari Idul Adha, warga berbondong-bondong pergi ke masjid atau ke lapang untuk menjalankan salat Idul Adha. Tahun kedua pandemi, kebiasaan sakral itu dihentikan sementara.
Momen Idul Adha juga dibarengi dengan menyembelih hewan kurban sapi hingga kambing. Momen itu berkaitan dengan momen sakral umat muslim terkait kisah Nabi Ibrahim.
Ketua DKM Masjid Raya Bandung Jawa Barat dan Ketua Yayasan alhijaz Aswaja Bandung, Kh Muhtar Gandaatmaja, menerangkan, selain Nabi Muhammad SAW, nama nabi yang sering disebut dalam ibadah adalah Nabi Ibrahim AS. Disebut dalam solat, termasuk di momen Idul Adha.
"Perjalanan hidup dengan keluarganya diabadikan dalam ibadah haji. Tidak salah bila ada yang mengatakan, ibadah haji adalah “napak tilas” perjuangan Nabi Ibrahim," kata Muhtar Gandaatmaja, dalam keterangan tertulis yang diterima Tribun, Senin (19/7/2021).
Baca juga: Resep Bumbu dan Cara Membuat Sate Maranggi di Rumah di Momen Idul Adha, Tak Harus ke Purwakarta
Menurut Kh Muhtar Gandaatmaja, kemuliaan yang disematkan Allah kepada Nabi Ibdrahim tidak instan. Nabi Ibrahim harus menebusnya dengan penderitaan dan ujian amat berat.
"Mustahil manusia biasa seperti kita sanggup melakukannya. Semua dilaluinya dengan baik, sebagaimana dikisahkan dalam QS. Al-Baqoroh: 124. Ajakannya agar manusia meng-Esakan- Allah SWT, beresiko dimusuhi ayah dan rajanya. Sebab itu ia dilemparkan ke dalam api yang menyala.
Harus meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail, di padang tandus, tak ada air, tanaman dan buah-buhan dekat Ka’bah, sebagaimana dikisahkan dalam QS. Ibrahim:37.
Ismail meronta kehausan. Air susu Hajar kering. Tangisan pilu Ismail membuat Hajar panik. Ia mohon pertolongan Allah. Hajar melihat kilauan air di Bukit Shofa. Ia lari memburu, tidak ada. Dilihatnya di Bukit Marwa, hanya fatamorgana.
Dari Sofa lari ke Marwa dari Marwa ke Shofa, hitungan ke tujuh, di Bukit Marwa, Hajar melihat kearah Ka’bah ada air di bawah kaki Ismail.
Baca juga: CATAT, Libur Idul Adha, Berikut Syarat Naik KA Jarak Jauh, Kartu Vaksinasi Bisa Diganti Ini
"Air itu ia bendung dengan gundukan pasir supaya tidak meluap terbuang. Itu air berkah: “zam-zam,” ujarnya.
Ujian terberat Nabi Ibrahim as ketika diperintah Allah agar menyembelih putranya, Ismail. Perintah Allah ini, berkaitan erat dengan ucapan Ibrahim, manakala ia akan mendapat sanjungan orang-orang sebagai dermawan karena banyak berkurban sapi, unta dan kambing.
Ibrahim berkata:
“Semua ternak yang aku sembelih milik Allah, jangankan kambing atau unta, seandainya aku punya anak, jika Allah meminta aku agar menyembelihnya akan aku patuhi perintah-Nya.”
"Waktu itu Ibrahim as belum punya anak. Tak henti ia mohon agar dianugerahi anak, sebagaimana dikisahkan di QS. Ash-Shofat: 100. Setelah punya anak, Ibrahim lupa ucapannya. Tiba pada suatu masa Allah meminta Ibrahim agar membuktikan ucapannya, seperti dikisahkan di Ash-Shofat: 102," ujar dia.