Survei Kapasitas Capres 2024 Rilis Lima Nama Teratas, Ridwan Kamil dan Anies Baswedan di Posisi Ini

Arus Survei Indonesia merilis lima besar nama yang dinilai pakar sebagai tokoh yang paling punya kapasitas sebagai calon presiden 2024

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
Kolase Tribun Jabar
Ridwan Kamil dan Anies Baswedan 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Arus Survei Indonesia (ASI) merilis lima besar nama yang dinilai pakar atau public opinion makers, sebagai tokoh yang paling punya kapasitas sebagai calon presiden 2024.

Dalam rilis yang diperoleh tersebut, terdapat sembilan aspek yang menjadi kriteria penilaiannya. Setelah nilai sembilan aspek tersebut digabungkan, terdapat lima nama dengan nilai teratas, yakni Anies Baswedan (75,44), Ridwan Kamil (74,93), Ganjar Pranowo (74,8), Khofifah Indar Parawansa (69,79), dan Moh Mahfud MD (69,42).

Jika dipilah, dalam aspek visi dan intelektualitas, Anies Baswedan mendapat skor (8,64), Ridwan Kamil (8,28), Ganjar Pranowo (8,22), Sandiaga Uno (7,89), dan Moh. Mahfud MD (7,87). Mereka merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling punya visi dan intelektualitas.

Dalam aspek track record/rekam jejak, nama Ridwan Kamil menempati posisi teratas dengan nilai (8,55), Anies Baswedan (8,39), Ganjar Pranowo (8,26), Moh. Mahfud MD (7,8), dan Khofifah Indar Parawansa (7,79). Mereka merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling baik track record/rekam jejaknya.

Dalam aspek karakter & integritas, nama Anies Baswedan (8,5), Ridwan Kamil (8,45), Ganjar Pranowo (8,45), Khofifah Indar Parawansa (8,05) dan Moh. Mahfud MD (7,96) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling baik karakter & integritasnya.

Dalam skill komunikasi, nama Anies Baswedan (8,93), Ganjar Pranowo (8,79), Ridwan Kamil (8,76), Sandiaga Uno (8,15) dan Moh. Mahfud MD (8,06) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling baik skill komunikasinya.

Dalam aspek kemampuan mengambil keputusan yang tepat, nama Ganjar Pranowo (8,36), Ridwan Kamil (8,31), Anies Baswedan (8,26), Khofifah Indar Parawansa (7,86) dan Moh. Mahfud MD (7,64) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling baik dalam aspek kemampuan mengambil keputusan yang tepat.

Dalam skill mengelola birokrasi, nama Ganjar Pranowo (8,52), Anies Baswedan (8,38), Ridwan Kamil (8,35), Khofifah Indar Parawansa (7,93) dan Moh. Mahfud MD (7,79) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling baik skill mengelola birokrasi.

Dalam skill mengelola krisis, nama Ridwan Kamil (8,23), Anies Baswedan (8,16), Ganjar Pranowo (8,15), Khofifah Indar Parawansa (7,63) dan Moh. Mahfud MD (7,51) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling baik skill mengelola krisis.

Dalam aspek kemampuan memenuhi janji, nama Anies Baswedan (7,76), Ridwan Kamil (7,75), Ganjar Pranowo (7,72), Erick Thohir (7,41) dan Agus Harimurti Yudhoyono (7,26) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers punya kemampuan memenuhi janji politik.

Dalam aspek kemampuan kerjasama dengan DPR, nama Anies Baswedan (8,42), Ganjar Pranowo (8,33), Ridwan Kamil (8,25), Sandiaga Salahuddin Uno (8,1) dan Puan Maharani (7,9) merupakan lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers punya kemampuan bekerjasama dengan DPR.

Total nilai sembilan aspek atau semua aspek, nama Anies Baswedan (75,44), Ridwan Kamil (74,93), Ganjar Pranowo  (74,8), Khofifah Indar Parawahsa (69,79) dan Moh. Mahfud MD (69,42) masuk lima besar nama-nama yang dinilai pakar/public opinion makers paling punya kapasitas sebagai calon presiden 2024.

Dalam kesempatan itu, bersama SocioMap Indonesia, ASI melakukan survei pakar atau public opinion makers (POM) untuk mengetahui penilaian para pakar soal siapa calon presiden 2024 yang paling layak dari sisi kompetensi dan kapasitas. 
 

Melalui kajian meta-analisis dan kriteria penarikan figur yang ketat, dari survei tersebut ditemukan setidaknya ada 23 figur kandidat potensial capres 2024, yang terdiri dari beragam klaster, mulai dari klaster partai politik, kepala daerah, menteri, TNI, Polri, tokoh agama, akademisi-teknokrat, hingga klaster pengusaha. Mereka adalah figur-figur yang telah masuk radar survei, punya kompetensi dan prestasi, serta punya pengaruh sosial politik yang kuat.

Sebanyak 23 figur kandidat capres 2024 tersebut dinilai oleh 130 pakar/public opinion makers terpilih dari berbagai bidang dan keilmuan.

Riset ini menggunakan metode uji kelayakan figur melalui tiga tingkatan.

Pertama adalah uji kelayakan figur melalui meta-analisis melalui pemberitaan media, hasil riset,komparasi statistik elektabilitas hasil-hasil survei dan literatur-literatur lainnya yang berkaitan.

Selanjutnya dilakukan focus group discussion (FGD) untuk menganalisis lebih jauh nama-nama yang didapatkan dari hasil meta-analisis.

Kemudian penilaian masing-masing figur terseleksi dilakukan oleh para pakar/public opinion makers
Pengambilan sampel para pakar/public opinion makers dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yakni sampling diambil tidak secara acak dan sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan.

Pertanyaan kuesioner dibagi menjadi dua. Pertama, pertanyaan opsional untuk mengetahui agregasi persepsi para pakar/public opinion makers terhadap isu-isu seputar calon presiden 2024. Kedua, pertanyaan skoring untuk assessment atau menilai kualitas figur calon presiden 2024 sesuai dengan aspek/indikator yang telah ditentukan. Seluruh kegiatan riset ini dilakukan pada tanggal 2-10 Juli 2021. 

Para pakar/public opinion makers menilai bahwa usia ideal Presiden RI 2024 mendatang adalah di rentang usia 51-60 tahun. Hal ini terkonfirmasi dalam temuan survei bahwa rentang usia 51-60 tahun dinilai paling ideal (49,4%), berikutnya ialah usia 41-50 tahun (45,8%).

Sementara itu, terkait latar belakang Presiden RI 2024 mendatang, para pakar/public opinion makers menilai bahwa klaster kepala daerah (49,6%), akademisi teknokrat (16,2%), partai politik (15,0%), dan TNI (6,3%) merupakan latar belakang yang paling tepat untuk menjadi Presiden RI 2024 mendatang.

Menurut penilaian pakar/public opinion makers, aspek karakter & integritas (35,6%), visi & intelektualitas (24,2%), dan track record/rekam jejak (18,2%) merupakan aspek yang paling penting dan harus dimiliki oleh seorang Presiden RI 2024.

Para pakar/public opinion makers menilai bahwa komposisi ideal capres-cawapres 2024 mendatang ialah kepala daerah-partai politik (26,3%), kepala daerah-akademisi teknokrat (23,3%), dan partai politik-akademisi teknokrat (11,3%).

Adapun mengenai jumlah pasangan calon presiden 2024, mayoritas pakar/public opinion makers menginginkan bahwa Pilpres 2024 mendatang diikuti oleh tiga pasangan calon (63,2%).

Paparan survei tersebut menyatakan tahun 2024 diprediksi akan menjadi momentum kontestasi elektoral paling cair dan kompetitif. Pertama, tidak ada calon presiden incumbent di kontestasi Pilpres 2024. 

Kedua, hingga rentang waktu 3,5 tahun menjelang pencoblosan, belum ada kandidat capres 2024 dengan elektabilitas dominan dan eksponensial. Sementara itu, publikasi-publikasi riset yang muncul sejauh ini hanya sekadar momotret persepsi publik (elektabilitas), belum pada level
kapasitas calon pemimpin nasional mendatang dengan indikator-indikator ilmiah dan ketat.

Atas dasar itulah ASI bekerjasama dengan SocioMap Indonesia melakukan survei pakar/public opinion makers (POM). Survei ini bertujuan untuk mengetahui penilaian para pakar soal siapa calon presiden 2024 yang paling layak dari sisi kompetensi dan kapasitas. 

Pasalnya, modal elektabilitas saja tidak cukup untuk menjadi Presiden. Perlu
kapasitas kepemimpinan yang teruji untuk mengelola Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa ini.

Dalam wawancara eksklusif beberapa waktu lalu bersama Tribun Jabar, Gubernur Jabar Ridwan Kamil membeberkan pandangannya mengenai peluangnya maju di Pilpres 2024.

Berbagai survei nasional menyebut Ridwan Kamil sebagai salah satu nama dengan tingkat elektabilitas tertinggi di Indonesia menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Namanya selalu disebut, setidaknya dalam lima besar sebagai tokoh dengan angka elektabilitas tertinggi di Indonesia.

Mengenai peluangnya bertarung dalam Pilres 2024, Kang Emil mengatakan jika mau realistis, maka yang lebih mudah dicapai adalah menjadi Gubernur Jabar kembali untuk periode kedua. Sebab, katanya, ia baru menjabat di periode pertama sebagai Gubernur Jabar.

"Kalau saya, yang realistis ya, saya kan baru periode pertama, usia juga masih kepala empat menjelang kepala lima, jadi gubernur itu lebih realistis ya. Jadi pada 2024, opsi yang paling realistis adalah melanjutkan yang namanya Gubernur Jawa Barat periode kedua dengan semangat," katanya.

Akan tetapi dalam perjalanannya, ujar Kang Emil, ada dinamika pemilihan di level nasional, yakni Pilpres 2024. Menariknya kini, semua nama calon yang muncul rata-rata memiliki nilai atau peluang keterpilihan yang tidak terlalu jauh berbeda. Berbeda dengan 2014 dan 2019 saat Jokowi effect membuat peluang kemenangan untuk calon yang lain relatif kecil.

Pilpres 2024 pun, katanya, sangat menarik jika ditinjau dari pandangan bahwa politik bukanlah matematika. Karenanya, ikhtiar dan takdir menjadi penentu dalam pemilihan ini. Hal ini pun sempat terjadi pada Pilpres terdahulu, saat siapapun tidak bisa menerka pasangan yang akan bersaing pada pilpres sebelumnya.

"Pak Ma'ruf Amin jadi wapres juga kan tidak pernah disurvei, tidak pernah ada balihonya kan. Siapa yang mengira tiba-tiba takdirnya. Pak Sandiaga Uno juga. Dulu saya mengira kalau ada koalisi, kalau capresnya dari partai A, berarti wakilnya dari partai B. Ternyata tidak juga, Pak Prabowo dari Gerindra dan Pak Sandi Gerindra juga, kok bisa, itu tadi karena politik bukan matematika," katanya.

Karenanya, kata Kang Emil, Pilpres 2024 masih terlalu gelap baginya mengenai siapa dan partai mana yang bergabung. Pasangannya, katanya, bisa kepala daerah dengan kepala daerah, kepala daerah dengan ketua partai, kepala daerah dengan menteri, atau pilihan lainnya.

"Sehingga apapun itu kita doakan mudah-mudahan Indonesia menemukan dan memilih pemimpin yang mau bekerja melanjutkan keberhasilan Pak Jokowi dan menyempurnakan kekurangannya. Dan kita move on menghadapi target-target baru di masa depan karena saya semangat kan kalau 2045 ekonomi bagus, kita jarang bertengkar, Milenial dan Generasi Z nya produktif dan kompetitif, kita bisa jadi negara adidaya," tuturnya.

Kang Emil menuturkan dalam keterpilihan politik, ada tiga syarat utama, yakni elektabilitas yang baik, logistik pemenangan yang mencukupi, serta partai yang mengusung.

"Saya tidak punya dua yang terakhir, logistik belum ada, partai belum ada. Yang saya punya hanya elektabilitas. Ketika saya zoom, elektabilitas saya datang dari kinerja. Kalau kerja bagus, dapat apresiasi masyarakat. Ini akan memberikan kontribusi elektoral. Dalam teori ini popularitas saya baru 60 persen, tapi di survei terakhir kesukaan nomor satu paling tinggi. Jadi saya kesimpulannya kurang populer saja," ujar Kang Emil.

"Kesimpulanya saya berikhtiar saja, kalau nanti ada partai yang melamar ya alhamdulillah. Kalau nggak, juga nggak ada masalah karena tadi, politik bukan matematika, karena saya ada sebuah situasi yang lebih siap, yaitu periode kedua Gubernur," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved