Pungli di TPU Cikadut
Sosok Redy Jadi Perbincangan Gegara Pungli di TPU Cikadut Bandung, Besok Hadir di Polrestabes
Besok akan ada pertemuan antara Redy Krisnayana dan Yunita Tambunan di Polrestabes Bandung.
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: taufik ismail
PHL yang masih ada dan tengah piket sebanyak tujuh orang, serta ada dari warga luar PHL.
Dia menjelaskan biaya Rp 2,8 juta yang dikeluarkan Yunita, ialah diperuntukan untuk biaya galian makam di pemakaman non-muslim karena tak ada petugas galian yang resmi.
"Biaya yang dikeluarkan Yunita untuk penggalian, pembelian padung, dan uang makan 23 orang. Lalu, kenapa memakamkannya banyak orang? Karena sebelumnya jenazah yang dikirim memang sangat banyak," ucapnya.
Fajar mengaku antara penggali/pemikul sudah berkoordinasi dengan keluarga Yunita Tambunan terkait biaya Rp 2,8 juta yang harus dikeluarkan dan kondisi pada malam itu.
Dia juga membantah mengenai pemakaman di non-muslim tidak gratis.
"Saya sudah menjelaskan dan sudah kembalikan uangnya juga. Kami sama sekali tak ada atau niatan mendiskriminasikan. Ini hanya salah paham. Intinya, di pemakaman khusus covid non-muslim saat itu tak ada alat berat dan tak ada petugas gali," ujarnya.
Lalu siapa Redy Krisnayana, yang menjadi perbincangan sebagai oknum yang melakukan pungli?
Redy menuliskan surat pernyataan berisikan kronologi kejadian.
Dia juga menyampaikan permohonan maaf terkait kasus ini.
Dalam surat itu, Redy telah memberitahu bahwa tak ada liang lahat di pemakaman covid non-muslim, sehingga keluarga Yunita meminta Redy menggali dengan kesepakatan biaya Rp 2,8 juta.
Adapun rincian dari Rp 2,8 juta, terdiri dari biaya gali liang lahat Rp 500 ribu, padung salib Rp 300 ribu, biaya makan 23 orang Rp 500 ribu, dan jasa pikul peti jenazah Rp 75 ribu sampai Rp 85 ribu.
Baca juga: Kronologi Dugaan Pungli Saat Makamkan Jenazah Covid Non-Muslim di TPU Cikadut dan Siapa Sosok Redy