Pungli di TPU Cikadut

Kronologi Dugaan Pungli Saat Makamkan Jenazah Covid Non-Muslim di TPU Cikadut dan Siapa Sosok Redy

Ini kronologi mengenai dugaan pungli di TPU Cikadut, Kota Bandung, saat memakamkan jenazah Covid-19.

Tribun Jabar/ Mega Nugraha
Jasa pikul jenazah Covid-19 di TPU Cikadut Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Koordinator tim pikul jenazah Covid-19 di TPU Cikadut, Kota Bandung, Fajar Ifana menjelaskan kronologi awal kejadian menyebarnya dugaan pungutan liar (pungli) terhadap ahli waris keluarga Yunita Tambunan pada 7 Juli 2021.

Menurutnya, pemakaman keluarga Yunita ini kejadiannya dini hari di pemakaman khusus covid non-muslim TPU Cikadut.

Jenazah, katanya, sudah ada di TPU sejak 6 Juli, malam.

Kondisinya saat itu ada sebanyak 36 jenazah yang hendak dimakamkan.

Sementara alat berat untuk menggali makam hanya ada di pemakaman khusus Covid-19 muslim.

"Nah, di non-muslim itu tak ada alat berat, sehingga perlu digali secara manual. Pada malam itu, tak ada satu pun petugas gali dari UPT TPU Cikadut di pemakaman non-muslim, tetapi yang ada warga luar yang memang biasa membantu," katanya di lokasi.

Fajar mengaku para petugas PHL pemikul dan penggali banyak yang sakit.

PHL yang masih ada dan tengah piket sebanyak tujuh orang, serta ada dari warga luar PHL.

Dia menjelaskan biaya Rp 2,8 juta yang dikeluarkan Yunita, ialah diperuntukan untuk biaya galian makam di pemakaman non-muslim karena tak ada petugas galian yang resmi.

"Biaya yang dikeluarkan Yunita untuk penggalian, pembelian padung, dan uang makan 23 orang. Lalu, kenapa memakamkannya banyak orang? Karena sebelumnya jenazah yang dikirim memang sangat banyak," ucapnya.

Fajar mengaku antara penggali/pemikul sudah berkoordinasi dengan keluarga Yunita Tambunan terkait biaya Rp 2,8 juta yang harus dikeluarkan dan kondisi pada malam itu.

Dia juga membantah mengenai pemakaman di non-muslim tidak gratis.

"Saya sudah menjelaskan dan sudah kembalikan uangnya juga. Kami sama sekali tak ada atau niatan mendiskriminasikan. Ini hanya salah paham. Intinya, di pemakaman khusus covid non-muslim saat itu tak ada alat berat dan tak ada petugas gali," ujarnya.

Lalu siapa Redy Krisnayana, yang menjadi perbincangan sebagai oknum yang melakukan pungli?

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved