Menjelang PPKM Darurat, Tim Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Pangandaran Dibikin Sibuk

 Jumlah orang meninggal dunia karena Covid-19 di Pangandaran, Jawa Barat, meningkat menjelang pelaksanaan PPKM darurat, meningkat.

Penulis: Padna | Editor: Giri
Tribun Jabar/Padna
Petugas pemakaman sedang memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Pangandaran. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Jumlah orang meninggal dunia karena Covid-19 di Pangandaran, Jawa Barat, meningkat menjelang pelaksanaan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, meningkat.

"Per harinya kadang ada empat, kadang sampai 10 jenazah yang positif Covid-19," ujar Ketua Tim Pemakaman Jenazah Covid-19 sekaligus Kasi Rehab dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Pangandaran, Diana Herdiansyah, saat ditemui TribunJabar.id sebelum memakamkan jenazah Covid-19 di TPU Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Selasa (6/7/2021).

Kalau sebelumnya, kata dia, pasien terpapar Covid-19 yang meninggal cukup landai.

"Paling, dibawah empat. Ada dua, satu, dan kadang tidak ada setiap hari," katanya.

Untuk pembagian tim pemakaman Covid-19, karena dulu tidak banyak yang meninggal, pihaknya tidak terlalu repot.

"Tapi sekarang karena banyak, kita harus standby 24 Jam. Dan pelaksanaannya kita gantian, seperti sopir ambulans, saat tengah malam dan ngantuk kita gantian mengemudi," ucap Diana.

Menurutnya, tim pemakaman Covid-19 itu ada lima orang dan tidak ada rolling atau orangnya bergantian.

Hanya, pihaknya meminta bantuan kepada satgas kecamatan atau desa.

Standby 24 jam seperti saat pemakaman tengah malam atau dini hari harus tetap melaksanakan.

Karena, kadang ada keluarganya yang ingin langsung memakamkan pada saat itu juga.

Diana Herdiansyah, Ketua Tim Pemakaman Jenazah Covid-19 Pangandaran.
Diana Herdiansyah, Ketua Tim Pemakaman Jenazah Covid-19 Pangandaran. (Tribun Jabar/Padna)

Seperti, ada jenazah yang terpapar Covid-19 dari Jakarta diantarkan ke Pangandaran dan ingin segera disemayamkan saat itu juga.

Kemudian untuk kendala tentu ada. Yang pertama adanya penolakan dari pihak keluarga jenazah.

"Penolakan dari keluarga itu, harus banyak menguras energi. Karena kita harus banyak koordinasi, memberi pemahaman terhadap pihak keluarganya yang belum percaya," ucapnya.

Yang kedua, masalah identitas seperti ada warga identitas KTP-nya dari Jakarta atau daerah lainnya padahal warga tersebut aslinya di Pangandaran.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved