Macan Turun Ke Perkampungan Akibat Hutan Gunung Sawal Rusak, Diduga Ini Penyebabnya
Kerusakan habitat diduga telah menyebabkan satwa liar seperti macan turun ke perkampungan warga, bahkan sampai memangsa ternak milik.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Masih dalam suasana peringatan Hari Lingkungan Hidup, puluhan warga dan mahasiswa peduli lingkungan hidup Senin (7/6) berunjukrasa mendatangi Kantor Setda Ciamis.
Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Aliansi Tanpa Nama (ATN) tersebut mendesak Pemkab Ciamis melakukan langkah cepat untuk menanggulangi kerusakan hutan Gunung Sawal, pencemaran sungai dan perairan oleh sampah hingga penanggulangan banjir di kawasan Ciamis Selatan.
Pengunjuk rasa sekitar pukul 14.00 Senin (7/6) siang tersebut bergerak dari Jalan Sudirman lingkungan Olvado, berjalan kaki sekitar 1 km menuju Kantor Setda Ciamis. Sepanjang perjalanan pengujuk rasa pun berorasi dan teriakan yel-yel.
Baca juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Begini Ajakan Artis Cantik Chelsea Islan bagi Generasi Muda
Ketika sertelah sampai di depan Kantor Setda Ciamis, para pengunjukrasa sempat dihadang petugas yang sudah lebih dulu menutup pintu gerbang.
Setelah negosiasi, pengunjukrasa diperbolehkan masuk ke halaman kantor Setda Ciamis satu persatu dan harus melewati pemeriksaan suhu tubuh pakai thermogun.
Tidak menunggu lama, para aktivis lingkungan hidup tersebut diterima langsung oleh Bupati Ciamis Dr H Herdiat Sunarya MM, Wabup Yana D Putra, Sekda Dr H Tatang MPd, Kepala Dinas Pemukiman Rakyat Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Ciamis, Dr H Taufik Gumelar ST MM/ Pengunjuk rasa diterima di tanggal depan lobi kantor Setda Ciamis.
Korlap Aksi, Raditia dalam orasinya mendesak Pemkab Ciamis melakukan upaya penyelamatan hutan Gunung Sawal dari ulah perusak hutan.
“Sekarang ratusan hektare hutan Gunung Sawal berubah jadi kebun kopi. Tanaman kopi dibudidayakan secara monokultur yang menjadi ancaman terhadap kelstarian lingkungan. Mata air terancam dengan rusaknya daerah resapan air. Lereng tebingpuun ditanami kopi ,” tegas Raditia.
Kerusakan habitat diduga telah menyebabkan satwa liar seperti macan turun ke perkampungan warga, bahkan sampai memangsa ternak milik.
Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni, Simak Inilah Sejarah, Misi dan Gagasan di Baliknya
Hal tersebut mungkin terjadi karena warga melakukan aktivitas di habitat satwa liar yang dilindungi tersebut.
Dan menuntut Pemkab Ciamis lebih transparans tentang kajian konservasi Gunung Sawal.
Ketika Ridwan Hasyimi, seorang pengunjuk rasa, membacakan puisi tentang sampah kantong keresek yang mencemari lingkungan, terutama lingkungan perairan, sungai, situ maupun kolam para pengunjukrasa serentak menutup kepala dengan kantong kresek hitam.
Bupati Herdiat pun diberi “hadiah” kantong kresek dan korek kuping.
Menuru Ridwan, kantong kresek dan berbagai jenis sampah plastik telah mencemari lingkungan .
Mencemari air, mematikan ikan yang terjebak dalam kantong kresek.
Bangkai ikan menyebabkan air busuk, ari busuk kemudian dipakai untuk mencuci, mandi bahkan berwuduk. Atau dibawa pulang ke rumah untuk dimasak.
Pengunjukrasa menuntut Bupati Ciamis menerbitkan Perbup tentang upaya pengurangan penunggaan kantong plastik pada pelaku usaha, terutama di supermarket, minimarket dan usaha sejenis.
Banyak yang menjadi perhatian pengunjukrasa seperti pengelolaan limbah meis/limbah B-3, pengolaan sampah/TPA, pengelolaan bank sampah dan mendesak pemerintah menekan laju alih fungsi lahan pertanian di Ciamis.
Pengunjukrasa yang semula diterima Bupati Herdiat di tangga lobi, setelah “break” untuk salat Asar, dialihkan ke koridor pendopo Gedung Negara Ciamis.
Bupati Herdiat, WabupYana D Putra, Sekda H Tatang dan Kepala DPRKPLH H Taufik Gumelar menerima pengunjukrasa secara lesehan.
Baca juga: Sambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Yuk Pasang Twibbon di Medsos dan WA, Ini Link-nya
Pengunjukrasa duduk di jalaman pendopo. Pengunjukrasa melanjutkan orasinya sembari duduk.
Unjukrasa dibawah pengamanan ketat petugas kepolisian dan satpol PP tersebut baru bubar pukul 17.30 menjelang magrib setelah Bupati Hwerdiat mendatangani persetujuan tentang 6 tuntutan pengunjukrasa.
Menurut Bupati Herdiat, langkah Pemkab Ciamis memperjuangkan hutan produksi Gunung Sawal menjadi hutan konservasi sudah berlangsung sejak tahun 2019 lalu.
”Dan kini tinggal menunggu persetujuan pemerintah p[usat,” tegas Bupati Herdiat.
Demikian juga dalam mengatasi banjir yang rutin terjadi di wilayah Ciamis Selatan, Pemkab Ciamis melakukan kerjasama dengan BBWS Citanduy melakukan pengerukan sungai-sungai yang punya potensi meluapkan banjir.
Berikut pembuatan embung-embung (waduk kecil) serta bantuan pompa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/macan-di-gunung-sawal.jpg)