Sosok NA Pengirim Sate Lontong Beracun di Bantul, Anak yang Pendiam dan Jarang Bercerita
Setelah ditelusuri TribunJabar.id, NA merupakan warga asal Desa Buniwangi, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka.
Dia tidak mengenakan masker.
NA mengendarai motor matik, helm warna merah, dan sandal jepit warna hitam.
Singkat cerita, sampailah Bandiman di rumah yang dituju di Kasihan.
Namun, saat itu Tomy sedang di luar kota.
Istri Tomy tidak mau menerima kiriman makanan tersebut lantaran merasa tidak tahu siapa pengirimnya.
Begitu pula Tomy ketika saat itu dihubungi mengaku tidak kenal.
Istri Tomy menganjurkan kiriman sate untuk takjil itu dibawa pulang saja.
Bandiman pun pulang dan membawa sate itu untuk disantap bersama keluarga.
Naba, anak kedua Bandiman kolaps ketika memakan bumbu sate. Sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong.
Menurut Kombes Burkan, dari pemeriksaan penyidik diketahui NA sebenarnya menyasar Tomy sebagai target sate beracun itu karena sakit hati batal dinikahi.
Tomy justru menikahi perempuan lain.
"Motifnya adalah sakit hati, karena ternyata si target (Tomi) ini menikah dengan orang lain, tidak dengan dirinya (NA)," kata Burkan.
Burkan mengatakan, baik Tomi dan NA sebelum ini memang sempat memiliki hubungan asmara.
"(Tomi) pegawai negeri," tegas Burkan tanpa merinci instansi tempat yang bersangkutan bekerja.
Belakangan diketahui Tomi adalah anggota Polresta Yogyakarta berpangkat Aiptu.
Namun, kata Burkan, polisi masih perlu memastikan siapa sebenarnya yang diincar oleh NA untuk melampiaskan rasa sakit hatinya terhadap Tomi.
"Sementara belum bisa disimpulkan, apakah targetnya T (Tomi) atau keluarganya," imbuh Burkan.
Menurut Burkan, NA sempat mengaku menyesal.
"Dia pernah bilang kalau menyesal, karena ada korban lain yang meninggal (salah sasaran)," ujarnya.
Atas perbuatannya, NA dikenakan Pasal 340 tentang pembunuhan berencana dengan ancaman pidana mati, atau penjara seumur hidup atau penjara paling lama 20 tahun.
Beri Pelajaran Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Ngadi, mengatakan kepada penyidik yang memeriksanya NA mengaku hanya berniat memberi pelajaran terhadap Tomi yang disebut sudah menyakiti hatinya.
”Pengakuan sementara hanya untuk memberi pelajaran, dampaknya hanya mules, mencret saja. Tapi masih perlu kita pastikan lagi (kebenarannya),” kata AKP Ngadi, Senin (3/5).
Ia mengatakan, NA mendapat ide memberikan racun sianida dari temannya berinisial R.
Sosok berinisial R tersebut adalah pelanggan salon tempat NA bekerja.
Tersangka NA dan R berteman baik.
NA pun sering bercerita tentang berbagai masalah pada R, termasuk sakit hati R kepada Tomy yang sama-sama pelanggan salon tersebut.
Pria berinisial R tersebut sebenarnya menaruh hati pada NA.
Namun cintanya bertepuk sebelah tangan.
Karena NA mencintai pria lain, yaitu Tomy yang merupakan anggota Satreskrim Polresta Yogyakarta.
R kemudian memberikan saran agar NA mengirimkan makanan yang sudah diracun pada Tomy melalui ojek online.
Dengan niat ingin memberikan pelajaran.
Racun sianida tersebut dibeli NA melalui e-commerce sekitar Maret lalu.
NA memesan sodium sianida, namun barang yang diterima adalah kalium sianida (Kcn). KCn merupakan racun yang berbahaya.
Kapolres Bantul AKBP Wachyu Tri Budi menjelaskan, NA memesannya sebanyak 250 gram.
”Harganya Rp 200 ribu,” kata Wachyu pada kesempatan yang sama.
Pada Minggu (25/4) NA membeli sate ayam dan menaburi bumbunya dengan KCn untuk dikirimkan kepada Tomy.
"Untuk berapa takarannya baru kami dalami, kalau menurut pengakuan hanya satu sendok. Bentuknya semacam bubuk kristal kemudian dihaluskan," lanjutnya.
Polisi saat ini tengah mencari sosok R, teman yang memberi saran kepada Nani untuk meracuni Tomy.
Ia menyebut pria berinisial R tersebut belum ditemukan lantaran ponselnya mati.
Ia pun menyebut ada kemungkinan tersangka baru.
Namun, pihaknya masih harus melakukan penyelidikan dan mencari alat bukti.
"Pengakuan mbak NA seperti itu, tapi harus dibuktikan lagi. Saat ini hpnya mati. Ya kemungkinan bisa (tambahan tersangka), kami belum bisa pastikan," ujarnya.(tribun jogja/hda/hud/maw)