Ramadan 1442 H
LAYAK DICONTOH, Para Santri Tuna Netra Ini Semangat Membaca Alquran Braille, Ternyata Ada Tahapannya
Di momen bulan ramadan ini, para santri yang berjumlah kurang lebih 10 orang tersebut tampak semangat membaca Alquran braille.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Alquran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi penutup akhir zaman.
Selaku pemeluk agama Islam, tentunya sudah menjadi kewajiban bagi umat Nabi Muhammad mempelajari dan memahami kitab suci yang dibawanya.
Berita-berita Ramadan
Berita-berita Ramadan
Bagi seseorang yang memiliki fisik sempurna, tentu sangat sederhana dalam memperlajarinya.
Namun berbeda bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik, seperti dialami kalangan tunanetra.
Butuh media khusus yang memudahkannya membaca tulisan di dalam kitab suci Alquran.
Salah satunya terlihat di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagian Tunanetra di Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Senin (19/4/2021).
Di momen bulan ramadan ini, para santri yang berjumlah kurang lebih 10 orang tersebut tampak semangat membaca Alquran braille.
Ayat suci Alquran dibacakan para santri penyandang tunanetra dengan jari telunjuk.
Mereka terus meraba kertas yang merupakan Alquran model braille yang ada di pangkuannya.
Alquran yang mereka gunakan terdapat tulisan menggunakan sistem titik atau benjolan kecil pada permukaan kertas.
Membacanya harus dengan menggunakan naluri perabaan.
Irna (27), salah satu santri putri yang ikut belajar membaca Alquran braille mengaku sudah mulai belajar membaca Alquran braille sejak usianya 17 tahun.
Saat itu, orang tuanya menginginkan anaknya bisa membaca Alquran meski memiliki keterbatasan penglihatan.
"Sudah 10 tahun saya belajar membaca Alquran," ujar Irna saat ditemui di lokasi, Senin (19/4/2021).
Ia juga mengaku, belajar membaca Alquran braille memiliki kesulitan tersendiri.
Irma harus menghafal tajwidnya terlebih dahulu, sebelum membaca dengan cara diraba tersebut.
"Gampang-gampang susah," ucapnya.
Memasuki bulan ramadan seperti sekarang ini, Irma menyatakan waktunya lebih sering untuk membaca Alquran.
Selain mendapatkan pahala, membaca Alquran menjadi salah satu hobinya dari keterbatasan yang ia miliki.
"Saya sudah sejak lahir begini (tunanetra), saya pastinya semangat meski tidak bisa melihat," jelas dia.
Solehudin, Pengajar Alquran braille SLB Bagian Tunanetra Majalengka mengatakan, untuk bisa membaca Alquran braille sendiri harus ditunjang dari beberapa faktor.
Selain memang dari indra peraba yang tajam, faktor usia juga menjadi hal penting sebagaimana kemampuan seseorang cepat bisa membaca Alquran tersebut.
"Jika yang bersangkutan menjadi tunanetra-nya baru atau di usia dewasa, kemungkinan butuh waktu lama untuk bisa membaca Alquran braille."
"Soalnya harus benar-benar mengasah ketajaman jari, membedakan huruf yang satu ke huruf yang lain," kata Solehudin.
Solehudin menjelaskan, untuk para pemula yang hendak belajar membaca Alquran braille harus diperkenalkan terlebih dahulu huruf latinnya.
Kemudian, setelah paham membaca huruf latin, santri melanjutkan dengan belajar huruf hijaiyah.
"Jadi ada tahapan-tahapannya, tidak langsung ke Alquran begitu," ujarnya.
Sementara, Wakil Kepala SLB Bagian Tunanetra Majalengka, Saefudin mengatakan kegiatan membaca Alquran braille bagi para santri tunanetra merupakan program yang diselenggarakan selama bulan ramadan.
Meski masih dalam masa pandemi Covid-19, kegiatan tadarus tersebut dilakukan dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
"Kami memiliki 16 santri atau siswa. Dari jumlah itu, ada 3 orang masih kelas 1,2 dan 3, sisanya dewasa. Alhamdulilah kegiatan membaca Alquran braille sangat diminati oleh santri yang memiliki keterbatasan fisik," ucap dia.