Abah Popon Cerita Awal Mula Dia Mulai Didatangi Orang-orang yang Minta Bantuan, Terakhir Ilmu Kebal
Bahkan ketika berniat untuk mengaji dirinya waktu itu hanya disuruh sebagi pencuci piring dan memasak nasi untuk santri.
Penulis: Fauzi Noviandi | Editor: Ravianto
Di dalam rumahnya pun hanya terlihat sebuah kotak yang bertuliskan infaq sodaqoh.
"Tidak abah tidak pernah mematok harga, dan abah merasa tidak memiliki kemampuan apapun, dan buat apa juga memasang harga kan buat kebaikan, itu pun pahalanya buat kita juga kan," kata pria yang sering memakasi kaus loreng tersebut.
Bah Popon mengisahkan, dirinya tidak pernah belajar ilmu tertentu, namun setelah lulus Sekolah Rakyat (SR) sekitar tahun 1970an, dirinya hanya mengaji sebagai santri biasa.
Bahkan ketika berniat untuk mengaji dirinya waktu itu hanya disuruh sebagi pencuci piring dan memasak nasi untuk santri.
"Dulu Abah pernah kesejumlah pesantren, seprti ke Banten, Lampung, Jawa Tengah, dan Madur. Itu pun abah waktu tidak belajar ilmu tertentu hanya mengaji biasa, bahkan Abah hanya disuruh untuk membersihkan makam wali saat berada di Jawa," ucapnya sambil tersenyum.
Sekitar awal 1980, Bah Popon pun kembali ke tanah kelahirannya, yaitu di Kecamtan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, menikah dan berprofesi sebagai petani didekat kediaamnnya.
Terkait terduga teroris yang menyebutkan namanya dalam sejumlah unggah video di media sosial, Bah Popon mengaku sangat kesal, karena diri tidak pernah mengajarkan hal untuk perbuatan yang keji.
"Aksi teroris itu tidak dibenarkan dalam ajaran agama islam, kalau pun saya tahun kemarin dari seorang teroris, Abah akan langsung melaporkannya pada Polisi," katanya.