Banjir Bandang Flores Timur
Video Banjir Bandang Hebat di NTT, Detik-detik Jembatan Kambaniru Ambruk Terbawa Arus, Warga Teriak
Cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang terjadi di Nusa Tenggara Timur selama berhari-hari.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: taufik ismail
TRIBUNJABAR.ID - Cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang terjadi di Nusa Tenggara Timur selama berhari-hari.
Bahkan gelombang tinggi juga terlihat di Pantai Namosain dalam video yang beredar.
Hujan ini mengakibatkan banjir, korban jiwa, hingga kerusakan.
Dalam video viral di media sosial, terlihat detik-detik Jembatan Kambaniru lama di Kabupaten Sumbawa Timur ambruk.
Jalan yang menghubungkan jembatan terlihat retak.
Jembatan yang diresmikan Ahmad Yani itu terlihat miring lalu ambruk terbawa arus air yang kencang.
Baca juga: 17 Rumah Hanyut Terbawa Banjir Bandang di Flores Timur, 60 Rumah Terendam Lumpur
Baca juga: Lebih dari 60 Orang Meninggal Dunia Akibat Banjir Bandang dan Longsor di Pulau Adonara Flores Timur
Terdengar jeritan warga yang kaget melihat kejadian tersebut.
Jembatan itu dikenal sebagai jembatan lama Kambaniru.
Sebelum ambruk, jembatan itu sudah lama tidak digunakan karena usianya.
Jembatan lama Kambaniru itu diresmikan sekitar tahun 1965.
ya Allah sending all my prayers and my big hug for NTT, stay safe teman-temann#prayforNTT pic.twitter.com/GTlTObleEx
— bleketot | kinda ia (@lempeeerrr) April 4, 2021
Dikutip dari Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten Sumba Timur, Andreas Mulla membenarkan jembatan itu roboh.
Menurut Andreas, jembatan itu selama ini tidak lagi digunakan dan ambruk pada Minggu (4/4/2021) petang akibat banjir di Sungai Kambaniru.
"Jembatan ini sudah lama dibangun dan diresmikan sekitar tahun 1965 lalu," kata Andreas.
Selain Jembatan lama Kambaniru ini, Jembatan penyeberangan di Bendung Kambaniru juga ambruk terhempas banjir.
"Jembatan gantung di Bendung Kambaniru ambruk lada bangian kanan," katanya.
Dikatakan, akibat patahnya jembatan penyeberangan di bendungan itu, maka akses warga juga terputus.
— Andry Bria (@bria_andry) April 4, 2021
Akibat cuaca ekstrem ini, sejumlah wilayah di Sumba Timur mengalami bencana banjir dan longsor.
Sementara itu dengan adanya luapan Bendung Kambaniru, maka ada sejumlah warga yang terpaksa mengungsi. Ada warga yang mengungsi ke kantor lurah dan ada juga ke gereja yang aman.
Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Malaka, NTT dalam tiga hari terakhir ini juga menyebabkan Jembatan Benenai putus.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu mengonfirmasi hal itu.
Jembatan sepanjang 300 meter lebih itu sempat bengkok pada Sabtu (3/4/2021) kemarin.
Namun, karena curah hujan yang tinggi di wilayah NTT dalam tiga hari terakhir ini, banjir menyebabkan jembatan itu pun putus, Minggu (4/4/2021).
"Akibat jembatan Benenai yang putus, akses warga yang menggunakan kendaraan dari Kupang menuju Malaka lumpuh total," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu kepada Kompas.com di Kupang, Minggu petang.
Jembatan terpanjang di Pulau Timor itu, kata Marius, menjadi satu-satunya akses warga dari Kota Kupang menuju Kota Betun, ibu Kota Kabupaten Malaka.
Selain jembatan yang putus, kata Marius, banjir juga merendam 22 desa di Kabupaten Malaka, akibat meluapnya sungai Benenai.
Sebanyak 22 desa itu, kata dia, tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Malaka Tengah (lima desa), Malaka Barat (11 desa), Weliman (empat desa), Wewiku (satu desa) dan Kecamatan Koba Lima (satu desa).

Jumlah Korban Jiwa Sementara
Banjir dan longsor melanda tiga dari delapan kecamatan yang terdapat di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Bencana itu melanda Kecamatan Adonara Timur, Ile Boleng, dan Wotan Ulumado.
Hingga saat ini, tercatat 62 warga yang ditemukan meninggal akibat bencana tersebut.
"Total warga yang hilang Desa Nelelalamadike, Kecamatan Ileboleng 56 orang dan Waiwerang serta Waiburak Kecamatan Adonara Timur enam orang. Total yang meninggal 62 orang," kata Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Boli saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/4/2021).
Masyarakat bersama petugas di lapangan masih mencari empat warga yang dinyatakan hilang.
Warga yang hilang itu berasal dari Desa Oyangbaran, Kecamatan Wotan Ulumado, sebanyak tiga orang.
"Dan Desa Waiwerang satu orang. Total empat orang yang belum ditemukan," kata Agustinus.