Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF Dubes untuk Cina (2): Di Balik Lobi-Lobi Indonesia Datangkan Vaksin Sinovac

Duta Besar untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun mengaku terjun langsung untuk melihat bagaimana vaksinasi dilakukan di Tiongkok.

Editor: Hermawan Aksan
tribunnews.com
Duta besar Indonesia untuk Cina dan Mongolia Djauhari Oratmangun meluruskan isu soal tidak digunakannya vaksin Covid-19 dari Sinovac di Tiongkok. 

Dari Kalimantan banyak yang diekspor ke sini, batubara sama palm oil.

Saya kira akan meningkat, ada kesepakatan-kesepakatan kita.

Kemarin kita baru bertemu dengan asosiasi importir batubara di Cina dan ada penandatanganan kesepakatan untuk peningkatan impor batubara dari Indonesia. 

Palm oil juga dengan kunjungan Perdana Menteri Li Keiqiang ke Indonesia 2 tahun lalu, termasuk di dalamnya peningkatan ekspor farm oil.

Sekarang konsumen terbesar kedua farm oil dari Indonesia itu adalah Cina. Kita diadang di Uni Eropa, di sini masih baik.

Ketiga ini adalah produk makanan dan minuman dari Indonesia. Buah-buahan dan juga industri kreatif.

Kelas menengah di Cina meningkat sangat signifikan. Kebutuhan mereka akan makan minum yang berkualitas dan produk-produk kreatif juga meningkat. 

Misalnya salah satu yang bisa dilakukan, tahun lalu makanan dan minuman naik mendekati 100 persen.

Itu di atas 70 persen kenaikan ekspor makanan dan minuman termasuk kopi luwak dan lain-lain, meningkat secara signifikan. 

Imbauan untuk mencintai produk dalam negeri, dalam tanda kutip benci produk luar negeri. Bagaimana mengimplementasikan narasi yang dibangun terkait produk-produk dalam negeri?

Sudah banyak kita lakukan karena itu sudah terdefleksi di angka ketat. Promosi itu online dan offline, jadi kita memanfaatkan pemeran-pemeran.

Kami berharap tentunya produk-produk atau pengusaha UMKM kita juga berpartisipasi di pameran tersebut. 

Dalam situasi yang belum kondusif itu dilakukan dengan online.

Di sini platform digital luar biasa. Misalnya kita dagang kerupuk Indonesia, dalam waktu 12 menit lakunya kalau dirupiahkan sekitar Rp 12 miliar - Rp 13 miliar. Kerupuk saja itu. 

Vietnam, ekspornya nomor satu terbesar ke Cina di ASEAN. Nomor dua Malaysia, nomor tiga Thailand, nomor empat Indonesia, nomor lima Singapura.

Sebagian juga produk Indonesia masuk ke Cina melalui tetangga kita, tapi maksud saya bahwa daya juang kita harus mampu bersaing.

Sudah kita sampaikan bagaimana kita sama-sama gempur pasar ekspor di Cina. (tribun network/denis destryawan)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved