Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Dubes untuk Cina (2): Di Balik Lobi-Lobi Indonesia Datangkan Vaksin Sinovac
Duta Besar untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun mengaku terjun langsung untuk melihat bagaimana vaksinasi dilakukan di Tiongkok.
Sejak itu Indonesia pertama, kemudian ada beberapa negara lagi.
Lalu sudah enggak karena di sini dikontrol juga ekspor vaksin karena kebutuhan dalam negeri juga tinggi.
Jadi yang dipakai di sini adalah Sinovac, SinoPharm, yang terakhir CanSino. CanSino itu dengan Sinovac, SinoPharm dan yang dibuat dipakai oleh kebanyakan tentara di sini.
Jadi itu semua dipakai di sini, begitu kurang lebih.
Beralih ke soal lain. Di dalam negeri, investasi Cina selalu dikaitkan dengan isu tenaga kerja. Bagaimana Anda menjelaskan ini?
Isu itu pasti ada, tak terhindarkan. Karena memang kalau pakai quotation itu kebanyakan dari media mana?
Jadi kalau ke Morowali, di sana tenaga kerja (Indonesia) ada 46 ribu, tenaga kerja Cina kurang lebih 5 ribu saja.
Repot juga kan seperti itu, data-datanya ada semua. Tapi yang selalu ditonjolkan yang asing.
Memang di awal mereka butuh tenaga kerja yang sudah biasa kerja di sini.
Di balik saja, misal kita punya investasi di Thailand. Di awal kita pasti ingin orang-orang Indonesia masuk juga untuk mengawali investasi itu kan.
Kita punya investasi di Amerika banyak, orang-orang Indonesia bekerja di sana juga. Untuk memulai, setelah itu baru kita rekrut (masyarakat) lokal.
Adakah yang tahu Huawei itu 2.500 tenaga kerja, 85 persennya tenaga kerja Indonesia.
Xiaomi juga, tenaga kerja lokal yang diserap di atas 80 persen.
Jadi saya kira itu angka yang luar biasa, tapi selalu yang ditonjolkan yang 20 persennya itu.
Banjarmasin dan Kalimantan sektor mineral farm oil dan komoditas lain itu besar. Kira-kira ada peningkatan di sektor mineral tidak?