VIDEO Kisah Sunarih, di Usia Senja Setia Menenun Kain Gedogan, Tak Mau Kain Khas Indramayu Ini Punah

Usianya 62 tahun. Tangan Sunarih tetap bekerja menghasilkan kain tenun gedogan.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: yudix

Sunarih menceritakan, padahal dahulu di kampungnya setiap rumah pasti memiliki peralatan menenun.

Sewaktu kecil, Sunarih mengaku sering menenun kain gedogan bersama para tetangganya.

"Saya nenun dari kecil, usia 10 tahunan, dulu mah banyak, setiap rumah nenun semua, sekarang tinggal dua orang lagi," ujar dia.

Untuk membuat secarik kain tenun gedogan dibutuhkan waktu empat sampai lima hari.

Sunarih mengatakan, pesanan kain tenun gedogan buatannya selalu ada saja walau tidak sebanyak dahulu.

Untuk satu helai kain buatannya, kain tenun gedogan ini ia hargai Rp 250 ribu.

"Kemarin ada pesanan dari Indramayu, Jakarta, terus dari Bandung, alhamdulillah," ujar dia.

Namun, ucap Sunarih, tidak jarang pula dalam beberapa bulan sama sekali tidak ada pesanan.

Paling lama, ia pernah mengalami tidak ada pesanan selama tiga bulan lamanya.(handhika rahman)

Mengapa meski sepi pesanan Sunarih tetap menenun kain gedogan?

Anda bisa membacanya di Harian Umum Tribun Jabar edisi Senin 22 Maret 2021.

Baca juga: Ikatan Cinta, Mama Rosa Sangat Terpukul karena Tahu Andin Ternyata Mantan Napi Kasus Pembunuhan

Baca juga: Pengumuman SNMPTN 2021 Hari Senin Pukul 15.00 WIB, Sejumlah Kampus Belum Dapat Mirror Link

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Sunarih, di Usia Senja Masih Setia Menenun Kain Gedogan, Tak Mau Kain Khas Indramayu Ini Punah, https://jabar.tribunnews.com/2021/03/21/kisah-sunarih-di-usia-senja-masih-setia-menenun-kain-gedogan-tak-mau-kain-khas-indramayu-ini-punah.
Penulis: Handika Rahman
Editor: taufik ismail
Video Editor: Wahyudi Utomo

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved