Gempa Bumi
Tsunami Dapat Diprediksi, Tapi Gempa Bumi tidak, Apa Sebabnya? Begini Penjelasan Ahlinya
Gempa bumi bukan hal asing bagi penduduk Indonesia karena negara kita merupakan satu di antara negara yang rawan gempa.
TRIBUNJABAR.ID - Gempa bumi bukan hal asing bagi penduduk Indonesia karena negara kita merupakan satu di antara negara yang rawan gempa.
Selama bulan Januari 2021, Indonesia sudah diguncang gempa bumi sebanyak 646 kali.
BMKG mencatat gempa bumi dirasakan atau felt earthquake terjadi sebanyak 82 kali.
Baca juga: Apa Arti Angka Romawi di Peringatan Gempa Bumi BMKG? Kenali Skala MMI untuk Mengukur Kekuatan Gempa
Baca juga: Siap Siaga Potensi Gempa Bumi, Banyak Warga Jepang Sudah Siapkan Tas Darurat, Apa Saja Isinya?
Mengapa Indonesia sering kali diguncang gempa bumi?
Karena wilayah geografis Indonesia berada di Lingkaran Api Pasifik atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ring of Fire dan banyaknya patahan bumi.
Oleh sebab itu, muncul pertanyaan apakah ada teknologi atau ilmu yang bisa memprediksi gempa.
Sayangnya, jawabannya, sampai saat ini, belum ada teknologi yang dapat menentukan kapan gempa bisa terjadi.
Hal ini diungkapkan Rudy Suhendar, Kepala Bagian Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Rudy Suhendar mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan akan terjadinya gempa bumi.
Tidak hanya itu, besaran gempa pun juga belum bisa diprediksi secara tepat.
Lantas apa yang membuat kita belum mampu memprediksi kedatangan gempa?
Hal ini disebabkan oleh sifat gempa yang datang secara tiba-tiba.
Berbeda dengan tsunami yang dapat diprediksi dengan melihat ukuran gelombang laut.
"Hingga saat ini, yang dapat diprediksi adalah potensi maksimum magnitudo dan dampak intensitasnya," kata Rudy, dilansir dari Kompas.com, Kamis (4/10/2018).
Rudy menambahkan, beberapa wilayah yang berpotensi mengalami gempa sudah dipasang alat pemantau guncangan.
Dengan alat pemantau tersebut, pihak terkait dapat memantau pergerakan tanah.
Namun untuk saat ini, yang paling utama adalah bagaimana mengurangi risiko bencana.
Badan Geologi masih terus mengembangkan teknologi yang dapat mengantisipasi bencana sejak dini.
Menurut Rudy, yang bisa dilakukan sekarang ini adalah dengan mendelineasi sumber gempa bumi.
Selain itu, harus mengestimasi periode ulang gempa bumi.
Gempa bumi yang terjadi di Palu beberapa waktu lalu bukan pertama kalinya terjadi.
"Secara geologis kita di wilayah Palu ada namanya patahan sehingga saat terjadinya pergeseran patahan menyebabkan adanya energi yg mengguncangkan yang menyebabkan gempa dari kuat sampai sangat kuat di wilayah sekitarnya," ujarnya.
Hal lain yang harus dilakukan adalah menentukan parameter setiap sumber gempa bumi dan menghitung potensi maksimal gempa.
Badan Geologi Kementerian ESDM akan melakukan mitigasi bencana dengan memetakan daerah mana saja yang pernah terjadi gempa dan tsunami dalam peta kerawanan.
Rudy menekankan agar masyarakat selalu waspada dan mempersiapkan diri untuk menghadapi gempa karena tidak ada yang dapat memprediksi kapan terjadinya gempa.