WAWANCARA EKSKLUSIF Dewa Kipas Dadang Subur Blak-blakan, dari Buku Catatan Pertandingan sampai Idola
NAMA Dadang Subur (60) alias Dewa Kipas tiba-tiba mencuat dalam beberapa hari terakhir setelah mengalahkan Master Internasional Levy Rozman
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - NAMA Dadang Subur (60) alias Dewa Kipas tiba-tiba mencuat dalam beberapa hari terakhir.
Keberhasilannya mengalahkan Master Internasional Levy Rozman menjadi pemicu yang membuat nama pensiunan BUMN ini jadi sorotan.
Ditemui di rumahnya di Gang Iming, Kota Bandung, Rabu (17/3), Dadang mengungkapkan berbagai kisah dan latar belakang yang membuat dirinya mampu mengalahkan pecatur profesional itu.
Baca juga: Kemarahan Mourinho setelah Tottenham Disingkirkan Dinamo Zagreb dari Piala Europa
Baca juga: Cerita Kakek 102 Tahun Pilih Tinggal di Tengah Pemakaman untuk Tebus Dosa, Sering Diganggu Hantu?
Alih-alih merasa bangga, Dadang justru merasa menyesal. Mengapa? Berikut petikan wawancara khusus TribunJabar.id dengan Dewa Kipas:
Tribun Jabar (TJ): Kabarnya Anda mundur dari dunia percaturan, apakah benar?
Dadang Subur (DS): Sebenarnya bukan mundur, tapi behenti saja (bermain di aplikasi Chess.com). Alasannya, awalnya setelah kejadian itu (mengalahkan Levy), tiba-tiba saya tidak bisa membuka Chess.com. Ternyata kata anak saya (Ali Akbar, Red) aplikasi saya dibanned pihak sana dengan alasan saya menggunakan mesin (saat mengalahkan Levy). Jadi setelah itu saya memutuskan berhenti saja main di situ, tapi tidak secara keseluruhan berhenti main catur, kalau lagi santai mah ya main catur tetep.
TJ: Bisa diceritakan mengenai pertandingan melawan Levy, pecatur dunia yang Anda kalahkan?
DS: Begini, Levy itu pemain hebat, sangat jauh kalau dibandingkan dengan saya. Saya tidak pernah merasa mengalahkan dia, saya menang (bertanding) lebih karena Levy melakukan blunder langkah, beberapa kali. Saat bermain, dia sudah di menit 4, saya masih 3, saya pikir ya sudahlah saya tidak menyesal kalau harus kalah, asal jangan kalah bangunan (skema permaninan, Red). Anda juga sudah lihat sendiri bahwa dari permainan, Levy terus menyerang saya, benteng maju ke depan di pertahanan saya, saya hanya menggunakan langkah kombi saja (kombinasi, Red) dan mampu memanfaatkan kesempatan sedikit itu menjadi sebuah keuntungan, ditambah dia melakukan blunder sehingga saya bisa menang. Tapi sekali lagi, saya tidak merasa menang, hanya memanfaatkan blunder lawan saja.
TJ: Bagaimana perasaan Anda mendapat kritik pedas dari masyarakat yang menuding anda curang saat mengalahkan Levy, padahal anda sebenarnya bermain jujur?
DS: Semua kritikan itu saya anggap bagus, saya malah menerimanya dengan terbuka. Hanya sayangnya, beberapa di antaranya datang dari orang-orang awam (yang tidak mengerti catur) dan hal itu pula (kritikan) yang membuat saya merasa menyesal mengapa bertanding dan justru menang waktu itu. Coba kalau saya tidak bertanding atau kalah, mungkin tidak akan seperti sekarang ini jadinya.
TJ: Apa komentar dan perasaan keluarga setelah Anda dikenal setelah mengalahkan pecatur dunia secara virtual?
DS: Yang pasti saya tidak merasa jadi hebat, karena sekali lagi semua terjadi (kemenangan lawan Levy), karena kesalahan lawan saja, bukan karena saya lebih hebat. Semua diterima biasa saja, cuma kasihan anak saya, dia harus ikut "riweuh" (susah, Red), dan Anda lihat sendiri saya masih tetap saja begini, jualan pakan burung sehari-hari.
Ali Akbar menambahkan: Saya juga nggak ngerti kenapa jadi begini, tapi harapannya semoga ini semua bisa clear secepatnya.
TJ: Apa perbedaan main catur di aplikasi chess.com dan shredder?
DS: Saya orangnya gaptek (gagap teknologi, Red), jadi sebenarnya awalnya gak ngerti soal teknologi. Tapi kemudian saya bisa belajar, diajarin sama Ali, termasuk dari Shredder, itu sangat bagus, kemudian Chess.com. Menurut saya semuanya bagus. Yang pasti saya selalu mencatat semua permainan saya, baik di Shredder maupun Chess.com untuk dipelajari lagi, terutama pertandingan yang saya kalah. Semua saya catat di buku (sambil memlerlihatkan buku catatan pertandingan). Saya juga selalu mempelajari satu teknik sampai habis, bisa bertahun-tahun.