Si Gombar
Si Gombar Lokomotif Legendaris Garut, Bisakah Dipulangkan? ''Bupati yang Punya Wewenang''
Ikon yang paling terkenal di jalur kereta Garut adalah si Gombar atau si Gomar dalam pelafalan orang Garut.
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Kotributor Tribunjabar.id, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Masyarakat Garut tampaknya sudah tidak sabar menunggu selesainya reaktivasi jalur kereta Garut.
Kerinduan itu bukan kerinduan yang biasa, pasalnya jalur kereta di Garut sudah berhenti sejak tahun 1982-1983 atau 37 tahun lalu.
Jalur kereta di Garut berhenti beroperasi karena letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 yang mengakibatkan rusaknya sejumlah sarana penunjang kereta.
Baca juga: Ngaku Staf Kementerian Agama, Pria Tipu Puluhan Pondok Pesantren, Janjikan Dapat Bantuan Rp 198 Juta
Baca juga: Imbas Hajatan, Kades dan Seorang Aparat Desa Positif Covid-19, Balai Desa Ratawangi Tutup 3 Hari
Ikon yang paling terkenal di jalur kereta Garut adalah si Gombar atau si Gomar dalam pelafalan orang Garut, yaitu lokomotif DD52, CC5029, dan yang paling melegenda adalah CC5001.
Dalam ingatan urang Garut, jika mereka melihat Lokomotif DD52, CC5029, atau CC5001, mereka tetap menyebutnya sebagai si Gombar.
"Saya masih bisa mengingat dan merasakan suara si Gombar saat itu. Kepulan asapnya yang melewati persawahan jadi pemandangan yang menarik, baunya pun khas," kata Dede Hidayat (62), warga Kampung Bojong Gedang, Desa Maripari, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut.
Dede berkisah, ia mulai naik si Gombar pada tahun 1976 saat ia sekolah di STM Garut (sekarang SMKN 2 Garut).
Saat itu ia berangkat sekolah dari Stasiun Pasir Jengkol ke Stasiun Garut.

"Dulu kalo naik si Gombar, baju lecek, kusut, bau asap, hidung saya pun bisa hitam karena kepulan asapnya. Dulu ongkosnya 15 perak, Pasir Jengkol-Garut," kenang Dede.
Dede mengatakan, teman-temannya yang dulu bersamanya naik si Gombar pada masa-masa sekolah sukses-sukses di kemudian hari.
"Teman-teman saya semuanya yang naik si Gombar, tidak ada satu pun yang tidak berhasil. Hari ini semuanya berhasil. Si Gombar memang banyak memberikan kenangan," ucapnya.
Baca juga: Persib Kehilangan 5 Pemain, Manajemen tak Bisa paksa, Nick Kuipers dan Wander Luis Sedang ke Bandung
Baca juga: Pasutri Punya 16 Anak, Kartu Kelurga Sampai Dua Lembar, Awalnya Pengen 2, Jadi Keterusan Karena Ini
Bahkan, kata Dede, saat pulang sekolah ia dan teman-temannya sering lompat dari kereta karena sebelum kereta sampai stasiun, kampungnya sudah lebih dulu terlewati kereta tersebut.
"Kalau pulang suka loncat saja langsung pas di Jalan Citameng sebelum jembatan Citameng karena kalo harus turun di Pasir Jengkol lama lagi, malas jalan kaki," ujarnya.
Dede mengenang banyak temannya yang celaka karena nekat melompat dari kereta dengan tergesa-gesa.