Mengintip Acara Ngagondang, Budaya Sunda Zaman Dulu di Pangandaran

Ngagondang merupakan kegiatan orang Sunda, ketika menumbuk padi di lisung (lesung) dengan

Penulis: Padna | Editor: Ichsan
tribunjabar/padna
Mengintip Acara Ngagondang, Budaya Sunda Zaman Dulu di Pangandaran 

Rampak Gondang diacara sepert ini kadang panitia hajat memberikan hadiah kepada pegondang yang dianggap terbaik ke satu ke dua dan ke tiga.

Untuk persiapan acara hajatan biasanya membutuhkan banyak beras, maka setelah tenda hajatan berdiri atau sebelum hari H Hajatan, selama satu Minggu para tetangga dan handai taulan membantu (ka'ajak) mengerjakan apapun demi kebutuhan si punya hajat (gotong royong).

Ngagondang asal kosakatanya dari Nga - Gon-Dang, yang berarti Nga nya itu NgaHariring - Gon nya bunyi-bunyian dari hasil Nakol (mukul-mukul) dan Dang nya atau Lisung dengan suara Dang ding dung, brak bruk brak, tak dak ding dung break, dipadu oleh paduan suara saling bersahutan.

Sebelum tahun tujuh puluhan, Lisung adalah alat tradisional penumbuk padi orang Sunda waktu dulu, sebelum adanya heller padi.

Kata-kata Imlek 2021, Cocok Buat Ucapan Tahun Baru Imlek, Kirim ke Keluarga Besar hingga Teman

Di Lisung dengan menggunakan halu (alu), lalu menumbuk padi pocongan atau gedengan untuk dijadikan beras.

Lisung merupakan alat yang terbuat dari kayu keras (glondongan), dan diameter antara 40-50 cm. 

Dengan panjang antara satu setengah sampai tiga meteran, dipapas dan dipahat menyerupai perahu kayu pada jaman dulu. 

Di ujung yang agak kecil, biasa dibuat seperti kepala naga dan di ujung sebelahnya yang lebih besar (bongkot).

Dan dibuat lubang bulat berdiameter sekitar 35 cntmtr, yang ke bawahnya mengecil sebesar halu berdiameter sekitar 10 cm. 

Kemudian di lisung itu ada lubang memanjang berbentuk seperti selokan air (lesung).

Dengan lebar atas mulai dari sekitar 30 cm makin mengecil ke ujung mengikuti besaran nya kayu, dan lebar bawah 25, kedalaman 30 cm, dan itu tempat padi ditumbuk pakai halu.

Ukuran bentuk Lisung, meskipun di satu lisung di tempa oleh lima pasangan pegondang, akan mendapatkan bunyi Nada yang berbeda beda.

Jadi Lisung itu, selain alat kerja menggiling padi, juga berfungsi sebagai alat musik.

Jaman dulu, khusus orang-orang yang kurang mampu, bisa menjadi pekerja yang panggilannya "Tukang Nutu".

Jika seseorang membutuhkan beras yang banyak, biasanya meminta bantuan kepada tetangga dan saudara.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved