Di Tengah Harga Daging Sapi yang Semakin Naik, Populasi Sapi Pasundan Kian Berkurang

Alih fungsi lahan membuat para peternak sapi pasundan tidak bisa berternak lagi akibat kesulitan mencari pakan dan mendapat lahan peternakan

Tribun Jabar/Handhika Rahman
Sapi Pasundan (Bos Sundaicus) di acara Expo Peternakan dan Kontes Ternak Jawa Barat 2019 digelar di Gor Singalodra Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu, Rabu (24/7/2019). 

Sapi pasundan memliki sifat reproduksi yang baik, tahan udara panas, dan telah dipelihara secara turun temurun selama ratusan tahun. Sapi pasundan berasal dari hasil adaptasi lebih dari 10 generasi antara banteng atau sapi bali, sapi jawa, sapi madura dan sapi sumba.

Sebelumnya diberitakan, kenaikan harga daging sapi di Jawa Barat disebabkan oleh kenaikan harga sapi bakalan di Australia sejak tahun lalu. Selama ini diketahui kebutuhan sapi bakalan di Jawa Barat sebagian besar diimpor dari Australia.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Jafar Ismail, mengatakan kenaikan harga daging sapi ini sudah dibicarakan bersama Direktur Perdagangan Dalam Negeri pada Kementerian Dalam Negeri RI.

Pemerintah, katanya, berupaya mengatur pasokan dan stabilitas harga daging sapi di pasaran.

"Memang stabilisasi itu dibuat dengan menyediakan ketersediaan pasokan dahulu, dan ini untuk menjaga agar harga tetap stabil di dalam negeri, walaupun dengan harga lebih tinggi dari sebelumnya," kata Jafar melalui ponsel, Kamis (21/1/2021).

Perlu diketahui, katanya, 90 persen kebutuhan daging sapi di Jawa Barat didatangkan dari Australia. Sedangkan sisanya dari sapi lokal, baik dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, NTB, termasuk Jawa Barat sendiri.

Dengan ketergantungan yang besar terhadap daging sapi asal Australia, katanya, kondisi peternakan di Australia pun sangat memengaruhi harga sapi di Jawa Barat.

Seperti diketahui, di Australia sendiri kenaikan harga sapi sudah terjadi pada Juli 2020 sampai berharga USD 3,6 per satu kilogram bobot hidup atau bakalan. Kemudian pada Januari sudah di angka USD 3,9 per satu kilogram sapi hidup.

Baca juga: VIDEO Hari Ini Direncanakan 11 Ribu Vaksin Covid-19 Tiba di Kabupaten Sukabumi

"Jadi memang kenaikan harga sejak Juli sampai Januari itu sudah mencapai Rp 13.000 per kilogram dari harga sebelumnya. Jadi kalau ini untuk waktu ke depan, diharapkan tidak ada kenaikan lagi. Dengan ya kembali lagi ke Rp 120 ribu per kilogram ya," katanya.

Kenaikan harga ini, katanya, tidak bisa dihindari karena harga jualnya di Australia sudah tinggi. Kemudian populasi sapi di Australia sendiri sejak 2019 terjadi penyusutan akibat kebakaran hebat dan banjir.

"Ada kebakaran ya, kemudian pada tahun 2020 terjadi banjir besar. Ini menurunkan populasi sapi sendiri di Australia hampir 24 persen, sehingga ke kita menjadi lebih sedikit," katanya.

Di sisi lain, katanya, permintaan daging sapi dalam negeri sekarang juga tidak terlalu besar akibat pandemi Covid-19. Jumlah pemotongan sapi di Jawa Barat juga cenderung berukurang.

Mengenai ketersediaan daging sapi di Jabar, katanya, memang masih terkendali. Hanya saja, kebanyakan berbentuk daging sapi beku. Sedangkan kebanyakan masyarakat menyukai daging sapi yang baru dipotong.

"Jadi ketersediaan daging sapi sendiri ada ya, kalau masyarakat mau memanfaatkan daging beku yang diimpor. Tapi karena masyarakat kita itu kecenderungannya menyukai daging yang baru dipotong, sehingga ini kecenderungannya jadi naik," katanya.

Jafar mengatakan kebutuhan sapi di Jabar per tahunnya mencapai 195 ribu ton atau setara dengan satu juta ekor sapi setahun. Masalahnya, hanya 10 persennya yang diperoleh dari dalam negeri sedangkan sisanya dipenuhi dari hasil penggemukan bakalan sapi Australia atau feedlot.

Untuk mengatasinya kenaikan harga daging sapi, pihaknya membuka pasar murah di TTI Center Provinsi Jawa Barat di Ruko Grand Metro di Rancabolang, Kota Bandung. Dalam kegiatan tersebut, sekilo daging sapi beku dijual Rp 85 ribu per kilogram.

Baca juga: VIDEO Hari Ini Direncanakan 11 Ribu Vaksin Covid-19 Tiba di Kabupaten Sukabumi

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved