Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid

Kisah Tukang Pikul Jenazah Covid-19, Tak Kenal Waktu, Siaga 24 Jam, Angkut Peti 300 Kilogram

Kasus kematian akibat Covid-19 cukup tinggi di Bandung dan memunculkan adanya kelompok yang disebut tukang pikul jenazah Covid-19

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Siti Fatimah
TRIBUN JABAR / MEGA NUGRAHA SUKARNA
Kasus kematian akibat Covid-19 cukup tinggi di Bandung dan memunculkan adanya kelompok yang disebut tukang pikul jenazah Covid-19. Mereka membantu petugas mengankut jenazah dari ambulans ke liang lahat. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kasus Covid-19 sudah cukup banyak menelan korban jiwa dan kasus kematian akibat virus corona ini masih terus ditemukan di sejumlah daerah termasuk di Bandung, Jawa Barat.

Angka kematina Covid-19 juga cukup tinggi seiring bertambahnya kasus.

Untuk itu, sejak awal pandemi Covid-19, pemerintah Kota Bandung juga sudah meyiapkan lahan khusus untuk pemakaman jenazah Covid-19.

Baca juga: Terkait Jasa Pikul Peti Jenazah Covid-19 di Cikadut, Pemkot Bandung: ke Liang Lahat Bukan Tugas Kita

Namun ada yang berbeda dengan pemakaman jenazah Covid-19 dengan jenazah lainnya, ada tim khusus yang mengurusi jenazah tersebut.

Selain itu, khsusu jenazah Covid-19, kapanpun pasien meninggal harus segera dikuburkan.

Saat penguburan inilah, para petugas dari rumah sakit masih membutuhkan tenaga tambahan untuk mengangkut peti jenazah.

Hingga akhirnya, seiring pandemi Covid-19, di pemakaman khusus Covid-19 di Cikadut sudah ada kelompok yang disebut tukang pikul jenazah Covid-19.

Puluhan pemuda di sekitar Tempat Permakaman Umum (TPU) Cikadut, Kota Bandung, menjadi tukang pikul peti berisi jasad pasien yang meninggal karena terpapar atau diduga terpapar Covid-19.

Mereka bertugas menurunkan peti berisi jasad dari ambulans kemudian memikulnya hingga ke liang lahat di lokasi pemakaman khusus Covid 19 di TPU Cikadut. Mereka menyebut diri mereka, Tim Jasa Pikul Covid 19.

Baca juga: Rahman Kaget Keluarganya Harus Bayar Rp 1,5 Juta untuk Pemakaman Covid-19 di Cikadut

Jarak tempat parkir ambulans ke area khusus permakaman dengan protokol Covid di TPU Cikadut memang lumayan jauh, sekitar 500-an meter.

Jalurnya tak mudah, menurun dan berkelok-kelok.

Licin karena masih berupa tanah merah.

Meski pemakaman pasien yang meninggal karena terpapar atau diduga terpapar Covid-19 di TPU khusus ini gratis, pelayanan itu hanya terkait pengangkutan jasad dari rumah sakit ke TPU, penyediaan lahan, penggalian liang lahat, dan pengurukannya. Pengangkutan jasad dari titik parkir ambulans ke liang lahat sepenuhnya diserahkan pada keluarga jenazah.

Kondisi inilah, yang menurut Fajar Ifana (40), koordinator tim jasa pikul jenazah di TPU Cikadut, membuat para pemuda di sekitar TPU tergerak untuk membantu.

Peristiwa tak terlupakan pada awal pandemi menjadi awal terbentuknya kelompok-kelompok pemikul jenazah khusus Covid di TPU ini.

Baca juga: EKSKLUSIF: Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid-19 di Cikadut, Segini Tarifnya

Saat itu, cerita Fajar, enam ambulans berisi enam jenazah terparkir di area TPU Cikadut. Para petugas pemakaman dari UPT TPU Cikadut yang berada di bawah Distaru Pemkot Bandung sudah siaga dan liang lahat sudah disiapkan.

Namun pemakaman tak kunjung dilakukan.

Tak ada yang berani memikul peti, bukan saja karena jaraknya ke liang lahat lumayan jauh, tapi karena mereka juga khawatir ikut terpapar.

Melihat hal itu, Fajar dan rekan-rekannya pun akhirnya tergerak.

"Saat itu kami ada delapan orang. Kami sebenarnya juga takut. Tapi, demi kemanusiaan, akhirnya kami pikul peti-peti jenazah itu ke liang lahat. Akhirnya semuanya bisa dimakamkan. Kami pikul semua peti jenazah itu dengan pakai APD (alat perlindungan diri) seadanya," ujar Fajar ditemui di TPU Cikadut, Rabu (20/1).

Petugas pemakaman TPU Cikadut, menurut Fajar, memang hanya bertugas menyiapkan lahan, menggali liang lahat, memasukkan jenazah, kemudian menguruk tanah. Selain itu, jumlahnya terbatas.

Baca juga: Kecelakaan Mobil Elf Terguling di Jalan Raya Plumbon, Oleng di Tikungan dan Tabrak Pembatas Jalan

"Petugas yang memikul peti jenazah tidak ada. Akhirnya, sejak saat itu sampai sekarang kami jadi terlibat memikul peti jenazah Covid 19," ucapnya.

Bukan perkara mudah memikul peti jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Petinya saja rata-rata 50 kilogram, bahkan ada yang hingga 100 kilohgam.

"Berat Pak. Bisa sampai 150 kilogram. Bahkan sempat kami angkut peti jenazah Covid 19 yang beratnya sampai 300 kilogram. Perlu 10 orang memikulnya," kata Fajar, yang karena pekerjaannya ini kerap dijauhi tetangga karena takut tertular Covid-19.

Fajar mengatakan, tak ada keharusan, apalagi paksaan bagi keluarga jenazah untuk memanfaatkan jasa mereka. Namun, berdasarkan pengalamannya, tidak banyak keluarga yang berani mengangkut peti jenazah.

"Kalaupun ada, jumlahnya terbatas. Akhirnya kami bantu juga," ujarnya.

Baca juga: Angka Tambahan Kasus Covid-19 di Jawa Barat Tinggi, Ini Penjelasan Gubernur Ridwan Kamil

Selain itu, kata Fajar, tak banyak dari anggota keluarga yang membawa APD seperti baju hazmat. Padahal, aturannya harus pakai APD."

Fajar mengatakan ada 36 pemuda yang terlibat dalam jasa pengangkutan jenazah ini. Fajar dan teman-temannya bukan tenaga kontrak harian lepas UPT Pemakaman YPU Cikadut. Meski demikian, mereka juga siaga 24 jam karena pemakaman jenazah terinfeksi Covid 19 tidak mengenal waktu.

"Siang, malam, dini hari, hujan, panas, terik, kalau ada jenazah diantar ambulans, kami pikul, kami antar ke liang lahat. Kalau enggak gitu, siapa yang mau angkut? Kami sudah sedia APD, pakai baju hazmat kalau memikul peti, sudah aturannya begitu," ucap pria yang juga kerap disapa dengan nama Afak ini.

Biaya

Fajar mengatakan, tak pernah mematok biaya untuk jasa pikul jenazah Covid-19 ini.

Jika ada ahli waris dari yang meninggal datang dan minta bantuan angkut peti, kata Fajar, ia akan tanya dari rumah sakit mana, alamat di mana.

Baca juga: Puluhan Orang di Kota Sukabumi Terpapar Covid-19 Hari Ini, Jumlah Akumulasi Capai 2.605 Orang

"Mereka biasanya lalu tanya berapa imbalannya, kami jawab silakan saja berapa, tidak kami tarif. Mereka nanya lagi, biasanya dikasih berapa, kami jawab kadang ada yang kasih Rp 2 juta kadang Rp 1,5 juta. Bahkan kurang dari segitu juga pernah," kata Fajar.

"Sering juga kalau ada dari keluarga tidak mampu, tidak ngasih juga enggak apa-apa. Kami ikhlas." 

Uang yang mereka terima, kata  Fajar, tidak mereka gunakan sepenuhnya untuk keperluan pribadi.

'Sebagian disimpan untuk pembelian APD.

"Kami juga menggunakannya untuk layanan swab tes anggota kami setiap dua bulan sekali, meski tidak semua. Lalu kami belikan APD hingga berdonasi ke warga di sekitar TPU Cikadut yang terdampak Covid 19. Sisanya untuk anak dan istri. Semuanya tercatat," ucapnya.

Fajar juga menolak jika apa yang mereka lakukan ini adalah pungutan liar. Apa yang mereka lakukan, kata Fajar, adalah jawaban atas tidak adanya pihak yang bertanggung jawab dalam memikul peti jenazah dari ambulans ke liang lahat.

"Ya siapa yang mau memikul memindahkan peti jenazah Covid 19 ke liang lahat? Soal biaya, kami tidak pernah mematok. Silakan saja," ujar Fajar.  (mega nugraha/cipta permana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved