Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid 19

EKSKLUSIF Awal Mula Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid-19 di Cikadut: Sebenarnya Kami Juga Takut

Jarak tempat parkir ambulans ke area khusus permakaman dengan protokol Covid di TPU Cikadut memang lumayan jauh, sekitar 500-an meter.

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ravianto
TRIBUN JABAR / MEGA NUGRAHA SUKARNA
Petugas mengangkat peti jenazah korban Covid-19 di TPU Cikadut. Di TPU tersebut ada kelompok pemuda yang menjual jasa pikul jenazah Covid-19. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Puluhan pemuda di sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut, Kota Bandung, menjadi tukang pikul peti berisi jasad pasien yang meninggal karena terpapar atau diduga terpapar Covid-19.

Mereka bertugas menurunkan peti berisi jasad dari ambulans kemudian memikulnya hingga ke liang lahat di lokasi pemakaman khusus Covid 19 di TPU Cikadut.

Mereka menyebut diri mereka, Tim Jasa Pikul Covid-19.

Baca juga: Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid-19 di Cikadut, Segini Tarifnya

Baca juga: Rahman Kaget Keluarganya Harus Bayar Rp 1,5 Juta untuk Pemakaman Covid-19 di Cikadut

Jarak tempat parkir ambulans ke area khusus permakaman dengan protokol Covid di TPU Cikadut memang lumayan jauh, sekitar 500-an meter.

Jalurnya tak mudah, menurun dan berkelok-kelok.

Licin karena masih berupa tanah merah.

Baca juga: Dentuman Misterius Terdengar di Bali, BMKG Sebut Ada Anomali

Baca juga: Permintaan Terakhir Pratu Roy Vebrianto untuk Mama-nya, Sang Mama pun Bangga

Meski pemakaman pasien yang meninggal karena terpapar atau diduga terpapar Covid-19 di TPU khusus ini gratis, pelayanan itu hanya terkait pengangkutan jasad dari rumah sakit ke TPU, penyediaan lahan, penggalian liang lahat, dan pengurukannya.

Pengangkutan jasad dari titik parkir ambulans ke liang lahat sepenuhnya diserahkan pada keluarga jenazah.

Kondisi inilah, yang menurut Fajar Ifana (40), koordinator tim jasa pikul jenazah di TPU Cikadut, membuat para pemuda di sekitar TPU tergerak untuk membantu.

Peristiwa tak terlupakan pada awal pandemi menjadi awal terbentuknya kelompok-kelompok pemikul jenazah khusus Covid di TPU ini.

Saat itu, cerita Fajar, enam ambulans berisi enam jenazah terparkir di area TPU Cikadut.

Para petugas pemakaman dari UPT TPU Cikadut yang berada di bawah Distaru Pemkot Bandung sudah siaga dan liang lahat sudah disiapkan.

Namun pemakaman tak kunjung dilakukan.

Tak ada yang berani memikul peti, bukan saja karena jaraknya ke liang lahat lumayan jauh, tapi karena mereka juga khawatir ikut terpapar.

Melihat hal itu, Fajar dan rekan-rekannya pun akhirnya tergerak.

"Saat itu kami ada delapan orang. Kami sebenarnya juga takut. Tapi, demi kemanusiaan, akhirnya kami pikul peti-peti jenazah itu ke liang lahat. Akhirnya semuanya bisa dimakamkan. Kami pikul semua peti jenazah itu dengan pakai APD (alat perlindungan diri) seadanya," ujar Fajar ditemui di TPU Cikadut, Rabu (20/1).

Petugas pemakaman TPU Cikadut, menurut Fajar, memang hanya bertugas menyiapkan lahan, menggali liang lahat, memasukkan jenazah, kemudian menguruk tanah.

Selain itu, jumlahnya terbatas.

"Petugas yang memikul peti jenazah tidak ada. Akhirnya, sejak saat itu sampai sekarang kami jadi terlibat memikul peti jenazah Covid 19," ucapnya.

Bukan perkara mudah memikul peti jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Petinya saja rata-rata 50 kilogram, bahkan ada yang hingga 100 kilohram.

"Berat Pak. Bisa sampai 150 kilogram. Bahkan sempat kami angkut peti jenazah Covid 19 yang beratnya sampai 300 kilogram. Perlu 10 orang memikulnya," kata Fajar, yang karena pekerjaannya ini kerap dijauhi tetangga karena takut tertular Covid-19.

Fajar mengatakan, tak ada keharusan, apalagi paksaan bagi keluarga jenazah untuk memanfaatkan jasa mereka.

Namun, berdasarkan pengalamannya, tidak banyak keluarga yang berani mengangkut peti jenazah.

"Kalaupun ada, jumlahnya terbatas. Akhirnya kami bantu juga," ujarnya.

Selain itu, kata Fajar, tak banyak dari anggota keluarga yang membawa APD seperti baju hazmat. Padahal, aturannya harus pakai APD."

Fajar mengatakan ada 36 pemuda yang terlibat dalam jasa pengangkutan jenazah ini.

Fajar dan teman-temannya bukan tenaga kontrak harian lepas UPT Pemakaman YPU Cikadut.

Meski demikian, mereka juga siaga 24 jam karena pemakaman jenazah terinfeksi Covid 19 tidak mengenal waktu.

"Siang, malam, dini hari, hujan, panas, terik, kalau ada jenazah diantar ambulans, kami pikul, kami antar ke liang lahat. Kalau enggak gitu, siapa yang mau angkut? Kami sudah sedia APD, pakai baju hazmat kalau memikul peti, sudah aturannya begitu," ucap pria yang juga kerap disapa dengan nama Afak ini.(mega nugraha/tribun jabar)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved