WhatsApp Kelimpungan karena Mulai Ditinggalkan Akibat Kebijakan Kontoversi, Keluarkan Banyak Uang
WhatsApp harus menanggung konsekuensi atas langkah yang tak berpihak pada penggunannya.
TRIBUNJABAR.ID - WhatsApp harus menanggung konsekuensi atas langkah yang tak berpihak pada penggunannya.
Meski kebijakan itu ditunda, namun para penggunanya yang kadung kecewa memilih pergi ke platform komunikasi lain karena memang ada pilihan.
Kepada penggunanya, WhatsApp memang sudah mengumumkan kepada penggunannya.
Yaitu tentang berbagi data dengan Facebook.
Bahkan, WhatsApp "mengancam" akan menghapus akun penggunanya jika tak setuju dengan aturan kebijakan privasi WhatsApp.
Sudah banyak pengguna berpaling karena kebijakan baru WhatsApp.
Tak hanya di Indonesia.
Ternyata kontroversi kebijakan privasi baru WhatsApp juga terjadi di negara lain.
Baca juga: Bahasa Indonesia Utama, Namun Penamaan Pulau, Laut, dan Gunung Bisa Pakai Bahasa Asing dengan Syarat
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia, Terus Bergerak Menuju Sejuta, Bertambah 12.568 dalam 24 Jam
Perdebatan ini juga terjadi di sejumlah negara lain, termasuk India dengan pengguna WhatsApp terbesar di dunia.
Pengguna WhatsApp India pun dilaporkan banyak yang mulai menghapus aplikasi WhatsApp dari ponselnya dan pindah ke aplikasi pesan instan lain, seperti Signal dan Telegram.
WhatsApp tak tinggal diam melihat pengguna yang mulai berpaling.
Anak perusahaan Facebook itu mencoba meyakinkan penggunanya di India dengan memasang iklan di beberapa media cetak.
WhatsApp menghabiskan sekitar 10 juta rupee atau sekitar Rp 1,9 miliar (kurs rupiah Rp 192) untuk memasang iklan di setidaknya 10 media cetak berbahasa Inggris dan Hindi.
"WhatsApp menghormati dan melindungi privasimu," begitu tulisan iklan WhatsApp yang terpampang di salah satu koran India dengan warna hijau khas WhatsApp dan warna hitam.
Iklan tersebut juga menuliskan bahwa, "menghormati privasi Anda tertanam di DNA kami".
Baca juga: Digerebek Istri Sedang di Hotel, Oknum PNS Tunjukkan Surat Nikah Siri Palsu, Statusnya Duda