Syekh Ali Jaber Yakin Takdir Baik Tinggal di Indonesia, Sebut Menjadi WNI Istimewa Bisa ke Palestina
Satu di antara kenangan berkesan bagi Syekh Ali Jaber adalah tinggal di Indonesia. Cita-citanya sejak kecil ke Palestina bisa diwujudkan ketika ia di
“Saya ingat waktu saya sekolah di SD di Madinah, Arab Saudi.”
“Kelas 1, kelas 2 sampai kelas 6, saya ingat persis,”
“Hampir setiap hari kita diharuskan membayar infaq 1 Riyal, sedekah untuk Palestina.”
“Jadi saya pergi ke sekolah dapat uang saku dari ayah 3 Riyal.”
“1 Riyal untuk jajan atau makan, 1 Riyal untuk beli minum, 1 Riyal untuk infaq ke Palestina.”
“Selama 6 tahun saya belajar di SD, selama itu membuat saya berkeinginan bisa ke tanah suci, Palestina,” ceritanya.
Dia berharap bisa mendatangi tanah suci Palestina berziarah ke Masjidil Aqsa di Palestina.
Namun, ia mengaku selama tinggal di Madinah, cita-citanya itu belum kunjung terkabul.
Hingga akhirnya, pada 2008 ia diundang menjadi Imam Tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa, di Jakarta.
Ia pun menceritakan saat itu suasana masyarakat yang antusias kedatangan tamu dari Madinah.
Beliau pun menjadi Imam Tarawih dan Imam Tahajud selama sebulan penuh di Ramadhan.
Dari sana, akhirnya ia kerap bertemu dengan para tokoh pemerintah.
Salah satunya adalah Wakil Presiden, Jusuf Kalla di periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
Sebagai orang asing, ia merasa cukup beruntung saat itu karena mendapatkan kemudahan izin tinggal di Indonesia.
Hal itu kemudian memudahkan dirinya datang ke Indonesia tanpa membutuhkan Visa.