Longsor Sumedang
Ketika Kapolres Sumedang Nyaris Jadi Korban Longsor Cimanggung, Selamat Setelah Pecahkan Kaca Masjid
Beruntung nasib baik masih menyertai Eko karena saat itu dia berhasil menyelamatkan diri meskipun kondisi di lokasi kejadian sudah mulai gelap ...
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Kapolres Sumedang, AKBP Eko Prasetyo Robbyanto, mengetahui betul dahsyatnya longsor susulan yang terjadi di Perum Pondok Daud, Kampung Bojongkondang, RT 3/10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Sabtu (9/1/2021).
Pasalnya, saat kejadian itu Eko sedang berada di lokasi longsor untuk melakukan evakuasi korban yang pertama setelah turun hujan deras. Namun, saat berjibaku dengan material longsor, tiba-tiba longsor susulan pun terjadi.
Longsor susulan itu langsung menimbun sejumlah warga dan tiga petugas, yakni Komandan Rayon Militer 1014/Cimanggung, Kapt Inf Setyo Pribadi; Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumedang, Yedi; dan Kepala Seksi Trantib Kecamatan Cimanggung, Suhanda; hingga meninggal dunia.
Baca juga: Temukan Titik Terang Pencarian Korban Longsor, Petugas Gabungan Kerahkan Alat Berat
Baca juga: Masih Ada 27 Korban Hilang di Longsor Cimanggung, 47 Personel Basarnas Hari Ini Lanjutkan Pencarian
Beruntung nasib baik masih menyertai Eko karena saat itu dia berhasil menyelamatkan diri meskipun kondisi di lokasi kejadian sudah mulai gelap sehingga cukup sulit untuk menyelamatkan diri.
"Saya mendapat laporan dari Kapolsek ada longsor, terus saya coba cek ke TKP. Saat itu cuaca hujan deras, saya sampai ke sini setelah maghrib dan kondisinya gelap," ujarnya saat ditemui di posko banjir, Minggu (10/1/2021).
Meski kondisi sudah tidak memungkinkan, Eko tetap berupaya melakukan pengecekan.
Hasilnya, ada 18 rumah yang tertimbun longsor dan dari jumlah tersebut ada 2 rumah yang ditempati dua keluarga masing-masing 4 orang sehingga ada 8 orang yang diduga tertimbun.
"Dari jarak 100 meter dari longsor pertama kami melakukan pematangan data untuk melakukan evakuasi esok hari di masjid bersama relawan, Basarnas, dan Tagana," kata Eko.

Saat melakukan pematangan data, Eko mendengar suara gemuruh dan ternyata itu merupakan longsor susulan yang datang dari arah berbeda atau dari arah samping longsor pertama.
Kejadian itu, kata Eko, memang tidak terduga karena saat itu mobil Basarnas terparkir di area longsor susulan. Gugus tugas penanganan Covid-19 juga sedang berada di lokasi tersebut.
"Saat itu ada 30 orang lagi mematangkan data di white board, kemudian terdengar suara gemuruh seperti gempa bumi hingga situasi menjadi kacau," ucapnya.
Saat mendengar suara gemuruh, semua orang langsung berhamburan keluar melalui jalur yang ada di sekitar lokasi tersebut.
Tetapi saat itu Eko berada di posisi yang cukup sulit untuk keluar.
"Saya berada di posisi yang paling belakang dan saya memilih untuk untuk memecahkan kaca bersama beberapa wartawan, kemudian melompat keluar," kata Eko.
Setelah keluar dari masjid, kata Eko, tiba-tiba longsoran tanah membuat masjid yang asalnya terang menjadi gelap karena lampunya seketika padam dan kondisi langsung mencekam.
Beruntung Eko berhasil menyelamatkan diri.
Eko mengaku sempat melihat kondisi di belakang masjid yang sudah rata tertimbun tanah hingga beberapa mobil, termasuk Kapt Inf Setyo Pribadi, pun turut tertimbun longsor.
"Pak Danramil tadinya berdiri di sebelah saya," ujarnya.
Hingga Minggu (10/1/2021), total korban yang berhasil dievakuasi berjumlah 13 orang dalam keadaan meninggal dunia dan 27 orang masih dalam proses pencarian. (*)