Longsor di Sumedang

Gara-gara Longsor Maut di Cimanggung, Warga Kampung Cipareuag Ikut Khawatir, Ada di Bawah Perumahan

Pasalnya, seperti Kampung Bojongkondang, lokasi Kampung Cipareuag juga berada di lereng di bawah pemukiman.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
Tribun Jabar
Tanah miring di lahan perumahan Griya Sampurna yang berbatasan dengan pemukiman warga di bawahnya, di Kampung Cipareuag Desa Sukadana Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Tebing setinggi sekitar 50 meter ini dikhawatirkan ambrol jika hujan turun. Foto diambil Selasa (5/9/2017). 

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - LONGSOR di Kampung Bojongkondang, Desa Cihanjuang membuat warga Kampung Cipareuag, Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, merasa khawatir.

Pasalnya, seperti Kampung Bojongkondang, lokasi Kampung Cipareuag juga berada di lereng di bawah pemukiman.

Jika Kampung Bojongkondang berada di bawah kompleks Perum Pondok Daud, Kampung Cipareuag berada tepat di bawah kompleks Perum Griya Sampurna.

Warga Kampung Cipareuag, Riwistianto (28), mengatakan sangat khawatir karena kejadian longsor yang sama bisa terjadi menimpa kampung mereka.

"Bahkan, kondisi lerengnya lebih miring Griya Sampoerna," ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar melalui sambungan telepon, Minggu (10/1).

Terlebih, ujarnya, di perumahan tersebut tidak ada tembok penahan tanah (TPT) yang kokoh. Apalagi, sekalipun berbeda desa, jarak antara Kampung Bojongkondang dengan Kampung Cipareuag hanya sekitar 1 kilometer.

"Korban longsor disana, tak hanya warga Cihanjuang, tapi ada dari Desa Sukadana dan Sawah Dadap yang sedang melihat lokasi," kata Riwistianto.

Warga Cipareuag lainnya, Hilman Kamaludin (33), juga mengaku punya kekhawatiran yang sama.

"Pasti kalau khawatir ada, bahkan saat saya lagi kerja juga meminta keluarga untuk pindah dulu sementara ketika longsor di kampung sebelah terjadi," katanya.

Menurutnya, kejadian yang sama bukan tidak mungkin terjadi, apalagi saat ini sudah tersebar informasi adanya retakan di sekitar kampung mereka.

"Kabarnya ada retakan, tapi saya belum bisa memastikan apakah informasi itu benar atau tidak," ucap Hilman.

Kekhawatiran warga Kampung Cipareuag, sebenarnya sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Liputan eksklusif mengenai kondisi kondisi Kampung Cipareag ini sempat dimuat Tribun Jabar, 14 September 2017.

Saat itu, warga mengaku sangat khawatir Kampung Cipareag akan habis diterjang longsor menyusul pembangunan perumahan Griya Sampurna di kawasan Gunung Geulis, yang menjadi daerah resapan air.

Bagian yang paling dikhawatirkan akan menjadi bencana adalah tanah tebing yang berbatasan langsung dengan rumah-rumah penduduk.

Tebing dengan tinggi rata-rata 50 meter dan panjang 700 meter itu bertekstur tanah gembur.

Tanah itu dihasilkan oleh proses pengurukan lahan perumahan. Jarak tebing dengan rumah penduduk hanya sekitar tujuh meter.

"Setiap turun hujan saya gelisah. Pasti saya periksa tebing itu, khawatir roboh dan menimpa rumah saya," ujar Mus Mulyadi (33), warga RT 04/07, Desa Sukadana, saat itu.

Mus, buruh pabrik, hanya bisa pasrah karena tak bisa melayangkan protes terhadap perusahaan pengembang perumahan bersubsidi itu.

Padahal, empat tahun pembangunan perumahan itu berlangsung telah mengusik kenyamanannya.

"Backhoe yang sedang dioperasikan bising sekali. Yang paling repot kalau hujan. Air beserta lumpur turun ke rumah, padahal sebelum ada perumahan, tidak ada yang kami keluhkan," ujarnya.

Lokasi Kampung Cipareag berada di lembah antara Gunung Geulis dan Gunung Aseupan. Selain kondisi tanah dengan kemiringan 45 derajat, banyak pohon penahan erosi, terutama bambu, saat itu sudah mulai hilang.

Kekhawatiran bertambah karena kampung ini juga pernah dua kali mengalami banjr longsor. Pertama, pada 9 Juni 2015, saat hujan deras mengguyur kawasan tersebut.

Banjir lumpur disertai batu-batu sebesar kepalan tangan menerjang rumah-rumah warga. Kedua, pada 7 September 2016.

Pada kejadian kedua itu, banjir lumpur tidak hanya menerjang rumah-rumah, tapi juga madrasah dan masjid.
Dalam wawancara 2017 lalu, Cahya Muhammad Nuh, Direktur Utama PT Kresna Eka Karya Nugraha, mengatakan sudah sering mendengar keluhan warga soal tebing yang dikhawatirkan roboh menimpa permukiman.

Tembok penahan tebing, ujarnya, bisa menjadi solusi. Namun, kata Cahya, perlu waktu bagi mereka untuk membangun tembok penahan tersebut.

"Saya tampung (keluhan), tapi saya juga usaha, tidak mau rugi. Karenanya, saya tidak bisa segera membangunkan benteng untuk menahan tanah itu," ujar Cahya kepada Tribun, Selasa (29/8/2017).

Cahya mengatakan, warga yang merasa khawatir terjadi longsor tak jarang mendatanginya. Biasanya warga datang ke kantor pemasaran.

"Kami jelaskan bahwa pembangunan sudah sesuai analisis teknis dari Dinas Cipta Karya. Kami sudah berencana membangun tembok penahan tebing dan melakukan penghijauan di area perumahan. Tapi warga selalu ingin segera," ujarnya.

Di lahan perumahan yang terus merayap hingga ke puncak bukit di kaki Gunung Geulis itu, rencananya dibangun 3.000 unit rumah.

Saat itu, pembangunan sudah berlangsung empat tahun dan baru selesai sekitar 700 unit rumah.

"Jadi, 50 persennya juga belum. Kami tidak akan lari. Semua permasalahan dengan warga tentu kami selesaikan," ujarnya.

Sebagai antisipasi agar tidak terjadi longsor, selama pembangunan berjalan, pengembang, menurut Cahya, terus melakukan pemadatan terhadap tanah di lahan perumahan seluas 25 hektare itu.

Pemadatan dilakukan dengan menyiramkan air secara berkala pada tanah urukan, kemudian dipadatkan dengan menggunakan backhoe.

"Saya juga menghitung, kapan musim hujan, kapan musim panas. Sebelum hujan datang, tanah harus dipadatkan agar tidak tergerus air," ujar Cahya.

Camat Cimanggung Dikdik Syeh Rizki mengatakan, pembangunan Perum Pondok Daud memang tidak dilengkapi dengan TPT, sehingga sangat rawan terjadi longsor.

"Kalau Perumahan Griya Sampurna saya belum bisa memastikan ada TPT atau tidak, harus dicek dulu," ucapnya, kemarin. (hilman kamaludin/tim)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved