Ada ABK Asal Majalengka Jadi Korban Tenggelamnya Kapal di Korsel, Keluarga Waswas Nantikan Kabar
Informasi yang dihimpun, ada tiga ABK yang berasal dari Indonesia yang menjadi korban di kapal penangkap ikan '32 Myongminho'.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA- Seorang Anak Buah Kapal (ABK) asal Kabupaten Majalengka berinisial IHP menjadi korban tenggelamnya kapal di Korea Selatan.
Informasi yang dihimpun, ada tiga ABK yang berasal dari Indonesia yang menjadi korban di kapal penangkap ikan '32 Myongminho'.
Informasi itu diperkuat dengan hadirnya perwakilan dari Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) dan PT Palomas Sejati sebagai lembaga resmi yang memberangkatkan ABK asal Majalengka dengan datang menemui keluarga korban.
Baca juga: Ciamis Tidak Terapkan PSBB Tetapi Laksanakan Prokes Secara Ketat, Awasi OTG yang Keluyuran
Rumah keluarga ABK asal Majalengka sendiri berada di Blok Cibasale, RT.01/12, Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.
Perwakilan PT Palomas Sejati, Nurhidin mengatakan pihak sengaja datang ke rumah keluarga ABK asal Majalengka sebagai perwakilan dari Menteri Luar Negeri untuk menyampaikan kondisi terkini proses pencarian.
Yang mana, proses pencarian sendiri sudah dilakukan sejak informasi tenggelamnya kapal pada 29 Desember 2020 lalu.
"Jadi sejak pencarian dimulai pada 29 Desember 2020 lalu itu ada 1000 personel yang diterjunkan oleh Perdana Menteri Korea. Sementara, kru di kapal tersebut berisi 7 orang yang mana tiganya berasal dari Indonesia," ujar Nurhidin saat ditemui di rumah keluarga ABK asal Majalengka, Kamis (7/1/2021).
Baca juga: Kelanjutan Liga 1 2020 Masih Menggantung, Bagaimana Kotrak Pemain Persib? Ini Kata Bos Persib
Dari tiga ABK asal Indonesia tersebut, jelas dia, semuanya hingga kini belum diketemukan.
Sembari menunggu update terkini, pihaknya menyambangi rumah korban.
"Hingga kini pencarian masih dilakukan, sambil menunggu update resmi dari KBRI. KBRI juga sumbernya valid dari cost nya Korea," ucapnya.
Nurhidin menjelaskan, jika nantinya ABK tersebut diketemukan dalam keadaan meninggal, pihaknya berjanji akan mempermudah proses kepulangannya.
Namun, pihaknya berharap kliennya tersebut ditemukan dalam keadaan masih bernyawa.
"Insyaallah sesuai prosedur perusahaan kami yang resmi, nanti kalau memang diketemukan terkait persiapan pemulangannya insyaAllah dipermudah. Kami akan koordinasi dengan Kemenlu, dibantu SPPI. Oleh karena itu, mohon doanya dari semuanya," jelas dia.
Baca juga: Pohon Teh Berusia 120 Tahun Yang Menjadi Bukti Sejarah ini Akan Dilelang
Sementara, selain memberikan informasi terkini dalam proses pencarian, sambung Nurhidin, pihaknya melakukan percepatan kesamaan DNA dengan keluarga ABK.
Sehingga, jika nanti diketemukan dalam keadaan meninggal, identifikasi korban cepat dilakukan.
"Kita belum memastikan korban dalam keadaan hidup atau meninggal. Namun, jika meninggal, maka kita mengambil sampel DNA dari orangtuanya untuk dikirim ke Korea supaya mempercepat identifikasi," kata Nurhidin.
Sementara, pantauan Tribun di rumah ABK asal Majalengka, tampak sejumlah anggota keluarga memperlihatkan kecemasan.
Salah satunya, yang sangat amat tampak cemas dan sedih istri dari ABK tersebut, Ade.
Ade mengatakan, dirinya sangat syok atas peristiwa yang menimpa suaminya tersebut di Korea Selatan.
Ia mengaku, terakhir komunikasi dengan suaminya sesaat sebelum kejadian.
Baca juga: Pohon Teh Berusia 120 Tahun Yang Menjadi Bukti Sejarah ini Akan Dilelang
"Pastinya sedih ya kejadian yang menimpa suami saya, kaget juga. Terakhir saya komunikasi pas kejadian, jadi saya lihat hp dia aktif, dibalas dua kali, tapi setelah itu hanya dilihat saja," ungkap Ade.
Dirinya menyampaikan, sudah sepuluh bulan suaminya tersebut menjadi ABK di Korea Selatan.
Ade berharap, suaminya cepat ditemukan dalam kondisi apapun.
"Semoga ada kabar baik dari peristiwa yang menimpa suami saya," pungkasnya.
Seperti diketahui, sebuah kapal penangkap ikan 32 Myongminho terbalik di laut dekat Pulau Jeju, Korea Selatan.
Sebanyak 3 anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) dinyatakan hilang.
Peristiwa itu juga membuat, Perdana Menteri Korea Selatan membentuk operasi gabungan yang terdiri dari 964 personel dan mengerahkan 8 kapal selam untuk mencari ketiga WNI yang hilang.
Baca juga: Dua Pasien Positif Meninggal Dunia Hari Ini, Jumlah Kematian Pasien Corona di Sukabumi Jadi 64 Orang