Penangkaran Burung Hantu
Mengenal Lebih Jauh Sosok Burung Hantu Tyto Alba, Dijuluki Predator Sejati, Ternyata Sahabat Petani
Burung hantu dijuluki predator sejati, tapi ternyata sahabat sejati para petani.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Burung hantu dijuluki predator sejati, tapi ternyata sahabat sejati para petani.
Pasalnya, mereka mampu memangsa 3 sampai 5 ekor tikus dalam sehari dengan kemampuan jangkauan memburu sejauh 300-500 meter.
Hal inilah yang melandasi Kelompok Tani Sejahtera di Desa/Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, mendirikan sebuah penangkaran burung hantu jenis Tyto alba.
Baca juga: Mengintip Penangkaran Burung Hantu di Indramayu, Sekilas Tampak Seram Tapi Ternyata Lucu-lucu
Baca juga: Status Banjir di Indramayu Dinaikkan Jadi Darurat, Plt Bupati: Untuk Makan Saja Mereka Tak Bisa
Pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) Kecamatan Juntinyuat, Tri Rohaetin, mengatakan, penangkaran ini merupakan program dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
"Tujuan dari penangkaran ini termasuk bagian dalam upaya pengendalian hama tikus di sawah," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Rabu (6/1/2021).
Tri Rohaetin menjelaskan, populasi hama tikus di Desa Juntinyuat tergolong tinggi.
Oleh karena itu, pemanfaatan burung hantu sebagai predator sejati sangat efektif dan aman terhadap lingkungan dalam menekan populasi hama tikus karena dilakukan secara alami.
Selain penangkaran, di sana juga diproduksi Rumah Burung Hantu (Rubuha), yang nantinya akan menjadi tempat tinggal dari burung berukuran besar tersebut.

Rubuha ini akan ditempatkan di sejumlah titik lahan persawahan yang diyakini banyak terdapat hama tikusnya.
Ia berharap, dengan adanya upaya ini, hasil panen para petani di Kecamatan Juntinyuat khususnya bisa semakin melimpah.
Terlebih Kabupaten Indramayu merupakan daerah lumbung padi terbesar secara nasional.
Pada tahun 2019, produksi padi di Kabupaten Indramayu mencapai 1.376.429 ton gabah kering giling (GKG).
Lalu diolah dan menghasilkan produksi beras hingga mencapai 789.657 ton. Hasil tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia.
"Tujuan penangkaran ini juga untuk pelestarian Tyto alba yang mungkin karena sudah dilindungi oleh undang-undang jadi kita harus lestarikan," ujar dia. (*)