UNIK, Semua Pohon Asem di Kecamatan Juntinyuat Indramayu Pasti Kulitnya Bolong, Ini Penyebabnya
Semua pohon asem yang berada di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, pasti kulit pohonnya bolong atau tercongkel.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Semua pohon asem yang berada di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, pasti kulit pohonnya bolong atau tercongkel.
Congkelan pada kulit asem itu berbentuk bundar, jumlahnya pun beragam.
Pada satu pohon ada yang hanya terdapat satu titik congkelan. Namun, lainnya ada juga pada satu pohon mencapai puluhan congkelan.
Fenomena tersebut rupanya berkaitan dengan adat istiadat yang dipercaya oleh masyarakat setempat secara turun-temurun.
Kulit dari pohon asem itu sengaja dicongkel untuk digunakan sebagai tutup kendi tempat penyimpanan ari-ari atau plasenta bayi yang baru lahir.
"Kalau orang melahirkan anak, kan punya ari-ari atau plasenta. Ari-arinya itu dimasukkan ke kendi, tutup kendinya pakai kulit asem," ujar Kepala Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Sutarman, kepada Tribuncirebon.com, Selasa (22/12/2020).
Baca juga: Kasus Bertemu Rasulullah, Haikal Hassan Janji Tak Akan Mangkir Lagi, Besok Diklarifikasi Polisi
Baca juga: Bawaslu Cianjur Putuskan Dugaan Pelanggaran Pidana Pemilu Herman Suherman Tak Terbukti
Sutarman menceritakan, bagi masyarakat setempat, sudah hal wajib ari-ari bayi yang baru lahir dimasukkan ke dalam kendi lalu dikubur di tanah.
Khusus untuk tutup kendi harus menggunakan kulit pohon asem. Pada tutup kendi itu juga harus dibuat sumbu menggunakan bambu kecil.
"Sumbunya ini kata orang tua dulu sih untuk napasnya," ucap dia.
Setelah dikubur, kendi itu lalu ditutupi menggunakan kurungan ayam, di dalamnya pun harus disediakan lampu cempor atau lampu damar.
Setiap malam, orang tua dari bayi itu harus menyalakan lampu tersebut.
Baca juga: Ayu Ting Ting Kian Mesra dengan Adit, Bella Shofie Langsung Tagih Undangan, Cita Citata Ikut Komen
"Dilakukan terus sampai coplok atau lepas pusernya itu. Tradisi ini dilakukan di semua desa di Kecamatan Juntinyuat, sudah jadi kepercayaan masyarakat dari dulu begitu," ucap dia. (*)