RAMA, Robot Kreasi Anak Bangsa Gantikan Tugas Dokter Tangani Pasien Covid-19
RAMA adalah robot hasil Kerjasama Politeknik Negeri (Polines) Semarang dengan Telkom unit Digital Next Business (Telkom DXB).
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Dedy Herdiana
"Robot bergerak dengan kendali jarak jauh menggunakan teknologi radio frequency (RF) sehingga mampu menjangkau jarak cukup jauh. Kelebihan utama robot ini adalah kestabilan karena robot didesain dengan perbandingan tinggi dan lebar badan kecil, sehingga titik berat rendah," ujar Kaprodi Magister Terapan Polines tersebut.

Kelebihan lain robot ini adalah pemanfaatan mini PC sebagai prosesor utama sehingga mengurangi beban fisik tanpa mengurangi kinerja sistem.
Fungsi Mini PC adalah sebagai “mata” bagi robot, sekaligus sebagai sarana komunikasi antara robot dan petugas.
Penggunaan roda mecanum juga memudahkan pengendalian gerakan robot oleh operator.
Robot digerakkan motor tipe mecanum yang mampu bergerak omnidireksional.
Prosesor utama robot beruap Arduino Mega yang memiliki cukup fitur baik antarmuka, CPU, dan memori.
Sementara menurut I Ketut Agung Enriko, Senior Manager IoT Platform Telkom DXB, pihaknya menggunakan platform WebRTC untuk keperluan akses komunikasi video pada robot cerdas tersebut.
WebRTC adalah platform video call kode terbuka (open source) sebagai penunjang layanan video call antara tenaga kesehatan dengan pasien yang sedang menjalani isolasi.
"Video call tersebut berjalan menggunakan intranet, tidak menggunakan internet karena sinyal di ruangan-ruangan isolasi sulit dan tidak stabil. Sejauh ini layanan mulis dengan speed saat video call mencapai 100 Mbps," ujar doktor Teknik Elektro Universitas Indonesia tersebut.
Menurut dia, dari sisi akses telekomunikasi, RAMA hanya memerlukan investasi dalam pengadaan perangkat WiFi berupa akses poin yang harus banyak dipasang di ruangan isolasi tersebut.
"Inilah keunggulan utama dari robot sejenis yang biayanya mahal karena mayoritas suku cadang harus diimpor. Ini versi sederhana namun fungsinya setara dengan yang lainnya," katanya.
Menurut Enriko, keterbatasan tenaga kesehatan melayani seiring banyaknya korban meninggal dokter dan perawat akibat korona, maka sangat bisa disiasati dengan kreasi robot buatan yang multifungsi tersebut. (*)