Jangan Turunkan Masker ke Dagu atau Leher, Akibatnya Bisa Fatal Lho, Simak Penjelasan Dokter Reisa

Memang, kini kehidupan perlahan pulih dan terlihat beberapa sektor ekonomi mulai bergerak.

Editor: Ravianto
ist/polsek bandung kidul
Kegiatan penyemprotan disinfektan di Kantor Tribun Jabar Jl. Sekelimus No. 2 Kelurahan Batununggal kecamatan Bandung Kidul, Senin (30/11/2020). Penyemprotan dilakukan petugas dari Kecamatan Bandung Kidul, Koramil 1814 serta Polsek Bandung Kidul. Selain melakukan penyemprotan, para personel juga menggelar operasi yustisi. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Banyak negara masih berjuang melawan keberadaan covid-19.

Pasalnya virus ini masih sulit dikendalikan dan kian menelan korban jiwa.

Melalui laman covid19.go.id, situs resmi penanganan covid-19 Indonesia, per tanggal 5 Desember 2020 tercatat sudah 220 negara terjangkit, 65.257.767 orang terkonfirmasi, dan 1.513.179 meninggal dunia.

Memang, kini kehidupan perlahan pulih dan terlihat beberapa sektor ekonomi mulai bergerak.

Tapi tetap dengan mengedepankan protokol kesehatan dan standar khusus, mulai dari pembatasan kapasitas jumlah karyawan, sampai membuat aturan pembatasan usia karyawan yang diperbolehkan bekerja di kantor.

Banyak hal yang perlu diterapkan untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru ini.

Hal ini dijelaskan oleh dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru pada acara Keterangan Pers yang disiarkan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Jumat (04/12/2020).

“Sebagian dari Anda mungkin sudah mulai beraktivitas kembali, seperti bekerja di kantor. Soal kesehatan kerja ini memang tidak main-main, mulai dari pengecekan suhu, pengaturan kapasitas dan posisi di dalam lift, pengaturan denah ruang kerja antar karyawan yang dibuat berjarak.

PERMUDAH KOMUNIKASI - Ega Mahardini (37), penyandang tuna rungu saat membuat dan menunjukkan masker transparan karyanya, Kamis (12/3). Berangkat dari kesulitan komunikasi saat pandemi dengan keharusan memakai masker, dengan keahliannya menjahit, Ega membuat masker transparan untuk bisa memudahkan berkomunikasi khususnya dengan komunitas sesama penyandang tuna rungu. Masker transparan karyanya dijual Rp 12.000 per buah dan sudah dikirim ke sejumlah kota di Indonesia. (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)
PERMUDAH KOMUNIKASI - Ega Mahardini (37), penyandang tuna rungu saat membuat dan menunjukkan masker transparan karyanya, Kamis (12/3). Berangkat dari kesulitan komunikasi saat pandemi dengan keharusan memakai masker, dengan keahliannya menjahit, Ega membuat masker transparan untuk bisa memudahkan berkomunikasi khususnya dengan komunitas sesama penyandang tuna rungu. Masker transparan karyanya dijual Rp 12.000 per buah dan sudah dikirim ke sejumlah kota di Indonesia. (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ) (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Bahkan beberapa perusahaan meminta karyawan di atas 50 tahun untuk bekerja dari rumah.

"Hal ini penting dilakukan, mengingat kelompok tersebut terhitung berisiko tinggi jika tertular," kata dr. Reisa.

Selama menunggu kedatangan vaksin pun, ketertiban 3M harus terus dilakukan.

Hal ini ditegaskan oleh dr. Aulia Giffarinnisa, Dokter - RSDC Wisma Atlet.

“Jangan berfikir bahwa kebaikan itu harus besar, tapi minimal dari orang-orang terdekat kita dengan cara mencegah penularan lewat 3M (Menggunakan masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak)."

"Dengan bersama-sama seperti itu, akan membantu tenaga kesehatan seperti kami untuk mencegah dan mengembalikan kehidupan normal seperti dulu lagi,” katanya.

Perihal menggunakan masker ini, memang masyarakat masih banyak yang mengabaikannya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved