Ridwan Kamil Klaim Angka Covid-19 di Tempat Wisata Rendah, Protokol Kesehatan Diterapkan

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim penerapan protokol kesehatan pencegahan Covod-19

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Tribun Jabar/ Muhamad Syarif Abdussalam
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di kawasan pariwisata di Jabar berjalan baik.

Hal ini dilihat dari jumlah wisatawan yang terkonfirmasi positif Covid-19, terbilang sangat sedikit.

Gubernur yang akrab disapa Emil ini  menyatakan, rapid test sebelumnya dilakukan secara acak pada saat libur panjang beberapa pekan lalu, yakni dilakukan kepada sekira 14 ribu wisatawan.

Dari jumlah itu, ratusan orang dinyatakan reaktif. Namun, yang terkonfirmasi positif hanya lima orang berdasarkan pengetesan metode PCR.

Baca juga: Gerah Dituding Akun Bodong, Seorang IRT Laporkan Sebuah Akun di Grup Facebook ke Polres Cianjur

“Ini mengindikasikan protokol kesehatan di destinasi-destinasi wisata, baik selama pergerakan maupun di pusat wisatanya di Jawa Barat, dilaksanakan dengan baik,” ucap Emil di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (10/11).

Emil mengaku akan menggalakan lagi pengetesan pada pekan depan untuk melihat lonjakan kasus.

Apabila tidak ada lonjakan angka penambahan secara signifikan, maka kebijakan yang diterapkan saat long weekend kemarin dianggap baik.

“Tapi kalau minggu depan terjadi lonjakan tinggi sekali di luar normal, maka potensi penyebaran lewat long weekend ini mungkin menjadi sebuah perhatian,” katanya.

Dalam kesempatan itu, ia melaporkan dinamika kluster penyebaran Covid-19 di kawasan pesantren dan keluarga.

Baca juga: Perempuan Lanjut Usia di Kota Tasikmalaya Meninggal Akibat Covid-19 Klaster Keluarga

Menurut dia, virus ini bisa menulari orang di lokasi apapun. Potensi akan meningkat jika protokol kesehatan tidak dijalankan dengan disiplin.

“Guru-guru dan para ustaznya memang sudah diarahkan segera untuk melakukan tes ya. Karena dari pengalaman beberapa pesantren, ternyata banyak yang datang dari pengajar yang memang sering keluar-masuk. Kalau santrinya relatif mereka bermukim sehingga tidak banyak pergerakan,” katanya.

“Mayoritas kasus pesantren datang dari mereka mereka yang keluar masuk ke komplek pesantren, salah satunya adalah gurunya atau dari supplier atau mereka mereka pihak ketiga yang melakukan kegiatan di pesantren. itu akan diteruskan untuk dijadikan prioritas dalam pengetesan," katanya. 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved