MENYEDIHKAN, PASAR BARU Bandung Sekarat, dari 5.200 Kios Tinggal Separo Buka, Itu Pun Sepi Pembeli
Kondisi Pasar Baru di Kota Bandungsaat ini sudah sekarat dan sepi pembeli. Tinggal separo kios yang beroperasi. Itu pun sepi pembeli.
Penulis: Tiah SM | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Tiah SM
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kondisi Pasar Baru di Kota Bandungsaat ini sudah sekarat dan sepi pembeli.
Dari kios di Pasar Baru yang berjumlah 5.200 kios sudah tutup 60 persen. Kios-kios yang masih beropasi pun sepi pembeli.
"Kios yang buka tinggal 40 persen itu pun sepi pembeli , semua bukan hanya karena Pandemi Covid tapi tidak adanya promosi dari pengrlola," ujar Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru (HP2B) Trande Center, Iwan Suhermawan, di Pasar Baru ,Senin (9/11).
Para pedagang menuduh bangkrutnya para pedagang selain Covid-19 menilai pengelola yang saat ini dipegang PD Pasar kurang profesional .
Baca juga: Duh, Sudah 11 Bulan Guru Bantu di Daerah Ini Tak Terima Honor, Saat Pandemi Tak Ada Bantuan
Baca juga: 5.000 Anggota FPI Cianjur Sambut Habib Rizieq Shihab Pulang ke Indonesia, Selasa 10 November 2020
Menurut Iwan, sejak dibukanya kembali Pasar Baru Juni lalu sampai sekarang pedagang tidak ada kepastian dari pengelola terkait promosi dan layanan.
Iwan mengatakan Pasar Baru sempat tutup Maret sampai Mei karena Covid-19 tapi setelah dibuka Juni tak ada perubahan Pasar Baru tetap sepi.
"Jumlah kios di Pasar Baru ada 5.200 dengan pegawai 10.000 orang tapi kini pegawai 60 persen di-PHK. Pasar baru menjadi salah satu penyumbang pengangguran terbesar," ujat Iwan.
Pedagang berharap pengelolaan Pasar Baru, diserahkan kepada pihak ke tiga, agar tidak terlantar seperti sekarang.
Iwan juga berharap Pemkot Bandung membantu kelangsungan pedagang Pasar Baru dengan cara memberikan subsidi servis charger dan pembayaran pembayaran listrik.
Menurut Iwan, pembayaran servis charge ini bervariasi, tergantung luas kios, mulai dari Rp 50 ribu per meter persegi.
Sedangkan pembayaran lisltrik bergantung pemakaian. Hanya saja, rata-rata pembayaran listrik sekitar Rp700 ribu per bulan per pedagang.
Penurunan omzet para pedagang juga karena tahun ini tidak ada keberangkatan Ibadah haji, dan penundaan keberangkatan ibadah umroh.
Baca juga: Video Syur Mirip Gisella Anastasia, Bisa Jadi Bukti, Pakar Telematika ini Sebut Tahi Lalat di Paha
"Biasanya kalau jemaah pulang haji dan umroh, hampir dari seluruh Indonesia belanja oleh-oleh di Pasar Baru," terang Iwan.
Belum lagi dengan adanya sistem pembelajaran daring. Tidak ada orang tua siswa yang membeli peralatan sekolah. Sehingga pemasukan semakin berkurang.
Senada dengan Iwan, Sekjen HP2B, Yenda mengatakan, semua keadaan itu, diperburuk dengan sistem parkir di Pasar Baru yang sangat buruk. Sehingga membuat pengunjung malas datang ke Pasar baru.
"Mungkin, sistem parkir di Pasar baru ini merupakan yang terburuk di Indonesia" tegasnya.
Menurut Yenda , sistem parkir ini, merupakan salah satu alasan sepinya pengunjung ke pasar baru.
" Parkir buruk menunjukan ketidak mampuan pengekola dalam mengelola Pasar Baru. Pemkot Bandung segera evaluasi kinerja PD Pasar.Kalau pasar baru dibiarkan begini, akan hancu dan akan sulit memulihkan nya lagi akan sulit memulihkan ekonomi," ujarnya.
Sementara itu Elva (52) pedagang baju pakaian jadi mengaku selama Pandemi hampir tidak ada pembeli. " Saya pernah sehari mendapat omzet Rp 100 juta karena pedagang dari Malaysia, Singapura, Brunei, belanja bersamaan," ujarnya.
Baca juga: VIDEO-Pengeroyokan Terhadap Anggota TNI di Sumedang, Ditetapkan 4 Tersangka, Ini Kronologi Terbaru
Elva juga, mengaku sebelum covid 19, setiap hari pasti banyak berbelanja minimal omzet 10 juta tapi kini dalam seminggu hanya sejuta.
Elva minta pengelola bisa membantu mempromosikan Pasar Baru dan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pedagang maupun pembeli.
"Pengelola sebelumnya selalu bersih dan satpam banyak serta pembeli rame, tapi sekarang, kondisi kotor, banyak pengemis masuk,' ujar Elva. (Tribunjabar.id/Tiah SM)