Gempa Pangandaran Akibatkan Puluhan Rumah Rusak dan 3 Orang Luka Ringan

Gempa bumi dengan magnitudo 5,9 di titik 90 kilometer barat daya Kabupaten Pangandaran, Minggu (25/10/2020), menyebabkan puluhan bangunan rumah rusak.

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Istimewa/Dok. Tagana Pangandaran
Rumah Slamet di Dusun Karanganyar RT 01 RW 01 Desa Kalijati, Kecamatan Sidamulih, Pangandaran, dipasang terpal karena gentingnya berjatuhan karena gempa 5.9 magnitudo menguncang Pangandaran dan sekitarnya Minggu (25/10/2020) pukul 07.56 WIB. 

"Sementara itu, tahun 2020 ini, tambah satu seismograph di Subang, dan tahun 2021 tambah tiga WRS NG di Jawa Barat," kata Tony melalui ponsel, Minggu (27/9).

Sebanyak 18 WRS NG yang telah ada sendiri, katanya, dipasang di 18 kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jawa Barat. Alat ini, katanya, dapat dimanfaatkan BPBD untuk menerima informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG real time dan otomatis, serta komunikasi melalui satelit.

"BMKG memberikan info peringatan dini tsunami, dengan alat penerima info peringatan dini yang dipasang di BPBD, maka info peringatan dini dapat disampaikan dengan cepat. Dua menit setelah gempa, info pendahuluan telah diterima oleh BPBD," katanya.

WRS NG sudah terpasang di kawasan selatan Jawa Barat, yakni Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Banjar, Ciamis. Kemudian dipasang juga di Depok, Bogor, Subang, Purwakarta, Karawang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Bogor, Bandung, Bandung Barat, dan Sumedang. 

Mengenai potensi gempa kuat di zona megathrust di selatan Pulau Jawa berdasarkan hasil kajian para ahli kebumian ITB yang dipublikasikan di jurnal ilmiah baru-baru ini, diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. 

"Edukasi ke masyarakat, bahwa terdapat ancaman potensi gempa dan tsunami di zona megathrust, yaitu barat Sumatera, selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Hal itu merupakan perkiraan skenario kemungkinan terburuk, adalah untuk mitigasi pengurangan risiko bencana, sehingga memiliki kesiapsiagaan lebih baik," katanya.

Langkah mitigasi, katanya, dapat dilakukan dengan penyiapan tempat evakuasi sementara sampai rambu jalur evakuasi. Selain tentunya terus mengedukasi masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana ini.

Tony mengatakan pihaknya pun akan melakukan uji komunikasi karena sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS/Indonesia Tsunami Early Warning System) perlu diuji. Pihaknya perlu melakukan uji diseminasi, termasuk dengan media.

Sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono mengatakan pihaknya mengapresiasi hasil kajian potensi gempa megathrust di selatan Pulau Jawa. 

Adanya potensi gempa kuat di zona megathrust di selatan Pulau Jawa hasil kajian para ahli kebumian ITB yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature baru-baru ini, diharapkan dapat mendorong kita semua untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. 

"Perlu ada upaya serius dari berbagai pihak untuk mendukung dan memperkuat penerapan building code dalam membangun infrastruktur. Masyarakat juga diharapkan terus meningkatkan kemampuannya dalam memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami," katanya.

BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami.

"Kita akui, informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian atau misleading. Masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkin dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan," katanya.

Informasi potensi gempa kuat selatan Jawa saat ini bergulir cepat menjadi berita yang sangat menarik. Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian.

Meskipun kajian ilmiah mampu menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust dan scenario terburuk, akan tetapi hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved