Gempa Pangandaran Akibatkan Puluhan Rumah Rusak dan 3 Orang Luka Ringan
Gempa bumi dengan magnitudo 5,9 di titik 90 kilometer barat daya Kabupaten Pangandaran, Minggu (25/10/2020), menyebabkan puluhan bangunan rumah rusak.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Dani mengatakan pihaknya telah memaksimalkan fungsi alat peringatan dini dari BMKG yang sudah terpasang di setiap kantor BPBD se-Jawa Barat. Di Pangandaran sendiri, sistem komunikasinya sudah terhubung dengan jaringan radio amatir.
"Alat early warning system dari BMKG di BPBD, infonya di-share ke jaringan radio amatir yang ternyata di tiap desa sudah ada. Nanti keputusan kami akan menyalakan sirine, mereka di desa akan bunyikan sirine, akan pukul kentongan atau tiang listrik. Tetap tiap desa punya unit-unit sistem swadaya masyarakat," katanya.
Dani mengatakan, memang sempat terjadi penurunan pengunjung saat beredar isu mengenai tsunami di Pantai Selatan Jawa.
Namun setelah dilakukan penjelasan mengenai riset dari ITB tersebut, wisatawan kembali berdatangan.
"Memang sejak isu tsunami ini ada penurunan sedikit. Tapi karena kita terus-menerus melakukan konfirmasi bahwa hasil riset penelitian ITB tersebut tidak menyebut akan ada tsunami dalam waktu dekat, aktivitas kembali lagi," katanya.
"Bahwa memang ada potensi, dan kalau itu sih dari dulu juga memang mega thrust pantai selatan Jawa dan Sumatra punya potensi. Tapi tidak ada satu pun ada informasi bahwa hasil penelitian tersebut, akan terjadi dalam waktu dekat," katanya.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jabar, Raditya Jati, mengimbau agar pemangku kebijakan di daerah segera mengambil tindakan yang dianggap perlu guna mengantisipasi adanya potensi gempa susulan di selatan Jawa, setelah gempa mengguncang selatan Jawa, Minggu (25/10).
"BNPB mengimbau agar pemangku kebijakan di daerah segera mengambil tindakan yang dianggap perlu guna mengantisipasi adanya potensi gempa susulan," katanya melalui keterangan tertulis, Minggu (25/10).
Sementara itu, katanya, BPBD Kabupaten Pangandaran dan BPBD Kabupaten Tasikmalaya melaporkan bahwa gempa sempat dirasakan kuat selama lima detik di Kabupaten Pangandaran, dua detik di Kota Tasikmalaya, dan selama dua detik di Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di koordinat 8.22 LS dan 107.87 BT pada kedalaman 10 kilometer dasar laut.
BMKG juga merilis bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.
Di Jabar, sebanyak 31 seismograf serta 18 Warning Receiver System New Generation (WRS NG) telah dipasang di berbagai lokasi di Jawa Barat untuk mendeteksi, mengukur, dan mencatat gempa bumi serta potensi tsunami secara cepat di Jawa Barat.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung BMKG, Tony Agus Wijaya, mengatakan sebelumnya Jawa Barat hanya memiliki 8 seismograf.
Kemudian pada 2019 bertambah 22 unit lagi dan tahun ini mendapat tambahan 1 unit seismograf.
Dengan demikian, kini Jabar memiliki 31 alat pendeteksi gempa bumi yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Barat.
