Penanganan Virus Corona
Pasien Positif Covid-19 Ini Sembuh, Kuncinya Hanya Satu Agar Bisa Pulih, Ini Kunci Rahasianya
Bila upaya pencegahan sudah dilakukan namun masih terserang virus corona, jangan panik, berikut kisah inspiratif dari pasien covid-19
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Saat ini sudah hampir di penghujung tahun 2020, namun sampai saat ini Indonesia serta hampir semua negara di dunia masih berperang melawan virus Corona.
Pandemi Covid-19 ini cukup panjang, bahkan kasus pasien positif juga masih ditemukan.
Upaya pencegahan juga terus dilakukan termasuk dunia yang saat ini fokus menggarap vaksin Covid-19.
Namun sebelum ada vaksin, sudah seharusnya warga dunia termasuk Indonesia membentengi diri agar tidak tertular Covid-19 dengan cara disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti melaksanakn 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Baca juga: Menjelang Libur Panjang Oktober, Update Kasus Positif Covid-19 Hari Ini Tambah 4.070 Orang, Waspada!
Bila upaya tersebut sudah dilakukan dan masih terserang virus corona, jangan panik.
Berikut pengalaman dari salah satu pasien positif Covid-19 yang bisa sembuh.
Ada banyak juga pasien yang dinyatakan sembuh dari virus Covid-19, seperti kisah berikut ini.
Melansir CNN, salah seorang perempuan asal Seattle, Amerika Serikat yang berhasil sembuh dari virus corona menceritakan pengalamannya berjuang melawan virus tersebut.
Elizabeth Schneider, 37, memiliki satu kunci utama untuk bisa sembuh dari penyakit Covid-19, "Jangan panik," kata dia.
Pada 25 Februari 2020, dia mulai merasakan gejala virus corona.
Hal itu terjadi tiga hari setelah dia mendatangi pesta pada 22 Februari 2020.
Baca juga: 112 Nakes di Kabupaten Cirebon Positif Covid-19, Kadinkes : Warga Harus Disiplin Terapkan 3M
Beberapa orang yang datang di pesta tersebut juga mengalami gejala yang sama.
Saat dia bekerja, dia mulai merasa tidak enak badan.
"Merasa lelah, badan sakit, sakit kepala, sedikit demam," kata dia.
Kemudian Elizabeth memutuskan untuk pulang.
Dia sempat tidur siang sebentar dan bangun dengan demam yang suhunya terus meningkat menjadi 39,4 derajat celcius.
Elizabeth berpikir, dia menderita flu parah.
Tidak terpikir olehnya bahwa itu bisa menjadi virus corona karena gejalanya tidak cocok.
Dia tidak batuk, tidak sesak napas, tidak ada gejala gangguan pernapasan sama sekali.
Beberapa hari kemudian, dia mengetahui bahwa sekitar selusin teman yang pernah ke pesta yang sama juga jatuh sakit.
Baca juga: Bersama Tekan Corona, Ini Dua Pesan Dokter Reisa Bagi Masyarakat Tangani Covid-19
"Pada hari yang sama, kira-kira pada waktu yang sama di malam hari, dengan gejala yang sangat mirip," kata dia.
Meski begitu, Elizabeth dan teman-temannya belum dites terhadap virus corona.
Dokter mengira mereka terkena flu, tetapi hasil tesnya negatif.
"Pada titik ini, kami semua menjadi sedikit frustrasi karena mereka tidak diizinkan untuk diuji untuk virus corona, atau dokter bahkan tidak menyarankan untuk diuji itu," kata Elizabeth.
Tes virus corona secara mandiri
Kemudian, salah satu temannya bercerita tentang studi flu di Seattle.
Peserta bisa mendaftar secara online dan mengirimkan alat uji tes yang dikirim kembali untuk mendapatkan hasilnya beberapa hari kemudian.
Hal itu merupakan bagian dari penelitian.
Baru-baru ini, kelompok itu juga mulai menguji virus corona.
"Dan begitulah akhirnya saya tahu," kata Elizabeth.
Baca juga: Angka Covid-19 di Derah Ini Meningkat, Pemerintah Lakukan Langkah Ini Langsung Ke Masyarakat
Pulih dengan istirahat di rumah dan minum obat
Dia pun pulih setelah tinggal di rumah, beristirahat dan minum obat yang dijual bebas.
"Saya pikir langkah besar yang ingin saya katakan kepada semua orang adalah, tolong jangan panik," kata Elizabeth.
"Jika kamu sehat, jika kamu lebih muda, jika kamu merawat dirimu dengan baik ketika kamu sakit, akan pulih, aku percaya. Dan aku bukti hidup untuk itu," kata Elizabeth.
Bagaimana pun, memiliki usia dan kesehatan yang baik merupakan kunci menang melawan Covid-19.
Sementara, bagi orang tua atau orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti penyakit jantung atau diabetes, Covid-19 dapat dan telah mematikan, kata pejabat kesehatan.
Baca juga: Sepekan Positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon Tambah 79 Orang, Mulai Balita hingga Petani Bawang
"Realitas yang suram adalah bahwa, untuk orang tua, Covid-19 hampir merupakan mesin pembunuh yang sempurna," kata Presiden Asosiasi Kesehatan Amerika Mark Parkinson kepada CNN minggu ini.
Beberapa negara membatasi kunjungan ke panti jompo dalam upaya untuk membendung penyebaran penyakit ke populasi yang rentan.
Rumah jompo di negara bagian Washington, misalnya, telah diinstruksikan untuk membatasi pengunjung ketika kasus virus corona menyebar di 11 fasilitas di negara bagian tersebut.
Wilayah Seattle adalah pusat penyebaran virus corona di AS. Sejak Covid-19 pertama kali muncul pada Januari 2020, dari 1.635 kasus yang dilaporkan di negara itu, 457 di antaranya berada di Negara Bagian Washington, termasuk 41 kematian.
Catatan Redaksi;
Pemerintah lewat Satgas Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M (Memakai masker, rajin mencuci tangan, dan selalu menjaga jarak).
Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia. Makanya, pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.
Tribunjabar.id, grup Tribunnews.com, mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M ( *wajib memakai masker, wajib rajin mencuci tangan, dan wajib selalu menjaga jarak* ).
Bersama-kita lawan virus corona.