Sejarah Apem yang Disajikan Saat Tradisi Rebo Wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean Cirebon
Apem menjadi kuliner tradisional yang disajikan dalam rangkaian tradisi rebo wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Apem menjadi kuliner tradisional yang disajikan dalam rangkaian tradisi rebo wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
Dalam kesempatan itu, apem tampak dibagikan kepada masyarakat setelah seluruh rangkaian rebo wekasan dilaksanakan.
Bahkan, sejumlah warga juga tampak menikmati apem bersama yang disajikan dengan gula merah cair di atas piring.
Filolog Cirebon, Raffan S Hasyim, mengatakan, apem bisa disebut sebagai kuliner tradisional khas bulan Safar.
Baca juga: Musala Turut Tertimpa Longsor, Warga Anteg Hilir Kabupaten Tasikmalaya Terpaksa Salat di Rumah
Menurut dia, selama bulan Safar hampir setiap rumah di Cirebon membuat apem dan membagikannya kepada tetangganya.
"Tujuannya sedekah, untuk menolak bala atau musibah," ujar Raffan S Hasyim kepada Tribuncirebon.com, Rabu (14/10/2020).
Ia mengatakan, apem di Cirebon mempunyai bentuk khas, yakni kotak dan bulat.
Apem berbentuk kotak melambangkan badan, sedangkan apem bulat melambangkan bentuk kepala.
Bentuk apem itupun ada kaitannya dengan peristiwa Perang Karbala yang membuat cucu Nabi Muhammad Saw, Husain bin Ali, meninggal dunia.
Raffan menyampaikan, dalam naskah yang ditulis Jafar Assegaf, tradisi ngapem Cirebon digelar untuk memperingati wafatnya seluruh pasukan Husain bin Ali.
Baca juga: RESMI - Jadwal El Clasico Barcelona Vs Real Madrid Pertama Musim Ini Dimajukan 1 Hari
Dalam perang melawan pasukan militer Bani Umayyah tersebut, Husain bin Ali dibunuh dengan cara dimutilasi.
"Bentuk apem di Cirebon melambangkan wafatnya cucu Nabi, dan tujuannya menolak bala berawal dari peristiwa Karbala," kata Raffan S Hasyim.
Sementara Kuncen Situs Makam Pangeran Pasarean, R Hasan Ashari, mengatakan, terdapat makna tersendiri dalam penyajian apem dalam tradisi rebo wekasan.
Menurut dia, salah satu cara agar masyarakat selalu diberi keselamatan ialah menjaga manisnya perkataan dan selalu menyampaikan hal yang baik-baik.