Ini Makna Tawurji Saat Rebo Wekasan di Keraton Kanoman Cirebon, Bermula dari Sunan Gunung Jati
Makna tradisi tawurji saat Rebo Wekasan di Keraton Kanoman Cirebon. Ternyata bermula dari Sunan Gunung Jati.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: taufik ismail
"Kali ini, tradisi Rebo Wekasan termasuk tawurji dan ngapem hanya diikuti kalangan famili dan abdi dalem keraton," ujar Ratu Raja Arimbi Nurtina.
Padahal, biasanya tradisi tersebut didatangi ratusan warga yang ingin berebut uang koin yang ditebar saat tawurji.
Selain itu, keluarga dan abdi dalem Keraton Kanoman yang mengikuti tradisi tersebut diharuskan mengenakan masker dan menjaga jarak.
Namun, Arimbi memastikan kekhusyukan dan esensi tradisi Rebo Wekasan tidak berkurang sama sekali meski digelar terbatas.
Ia menyampaikan, tradisi tawurji bermula dari upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat disertai nasib mereka yang terlunta-lunta.
Lalu Sunan Gunung Jati pun memutuskan untuk melindungi mereka dan memberikan uang koin sebagai bekal untuk bertahan hidup.
Peristiwa itu terjadi tepat pada hari Rabu terakhir bulan Safar dan bertepatan dengan tradisi Ngapem di Bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon.
Karenanya, kini tradisi Rebo Wekasan di Keraton Kanoman diisi dengan ngapem dan tawurji sebagai bentuk sedekah agar terhindar dari segala marabahaya.
"Kegiatannya jiga diisi memanjatkan doa bersama ke hadirat Allah SWT dan tawasul para wali serta leluhur raja-raja Keraton Kanoman terdahulu," kata Ratu Raja Arimbi Nurtina.
Baca juga: Tradisi Rebo Wekasan di Keraton Kanoman Cirebon Digelar Terbatas, Tawurji Hanya Diikuti Abdi Dalem
Baca juga: Sejarah Apem yang Disajikan Saat Tradisi Rebo Wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean Cirebon