Banjir Bandang Terjang Garut
Banjir Bandang di Garut Senin Disebut Lebih Dahsyat dari Tahun 2011, Warga Sudah Berjaga
Warga tak menyangka, hujan yang terjadi sejak Minggu (11/10) sore membuat Sungai Cipalebuh meluap dan merendam rumah warga.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Kemarin siang, ratusan warga di Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut membersihkan rumah dari endapan lumpur.
Wilayah itu jadi salah satu lokasi yang cukup parah diterjang banjir bandang.
Warga tak menyangka, hujan yang terjadi sejak Minggu (11/10) sore membuat Sungai Cipalebuh meluap dan merendam rumah warga.
Sejak Minggu pukul 22.00, warga di Pameungpeuk telah bersiaga mengantisipasi banjir. Air di beberapa sungai yang ada di Pameungpeuk mulai naik.
Puncaknya sekitar pukul 04.00, air mulai meluap ke pemukiman warga.
Selain Pameungpeuk, banjir bandang juga menerjang Kecamatan Cibalong dan Cikelet.
Tak hanya banjir bandang, longsor dan pergerakan tanah juga melanda tiga kecamatan lain yakni Cisompet, Peundeuy, dan Pamulihan.
Ade Patah (42), warga Kampung Sukapura Desa Mandalakasih mengatakan, banjir bandang tahun ini disebut lebih dahsyat dibanding kejadian serupa pada 2011.
Sembilan tahun yang lalu, rumah Ade juga terkena banjir bandang karena lokasinya tak jauh dari Sungai Cipalebuh.
"Makanya pas kemarin (Minggu) hujan lebat, warga sudah berjaga melakukan ronda. Saat air naik, saya juga lagi ronda dan kasih tahu warga buat mengungsi. Soalnya air sudah mulai meluap ke jalan," ujar Ade yang menyebut rumah miliknya terendam hingga bagian jendela, Senin (12/10).
Ade bersama warga terpaksa harus mengungsi pukul 04.00 karena air sudah merendam rumah mereka. Bahkan air sudah hampir menutup jembatan.
"Dulu sempat terjadi tahun 2011. Sama-sama cukup parah juga banjirnya kayak dulu. Apalagi tadi pagi ada jalan yang terendam juga. Sawah di dekat Sayangheulang juga banyak yang terendam," ucapnya.
Ateng Juhana (62), warga Kampung Sukapura, Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk menyebut, hujan mulai melanda kampungnya pada Minggu (11/10) pukul 18.30. Sekitar pukul 22.00, air dari Sungai Cipalebuh mulai meluap.
"Warga sudah waspada mau banjir soalnya debit air terus meningkat. Jam setengah 3 subuh, air sudah mulai naik dan banjir terjadi menjelang subuh," ucap Ateng.
Air merendam rumahnya setinggi pinggang orang dewasa. Sejumlah barang berharga di dalam rumah ikut terendam air dan tak bisa diselamatkan.
"Saya sama keluarga memilih menyelamatkan diri. Tidak mikir barang-barang dulu. Soalnya air juga cukup deras," ujarnya yang tinggal tak jauh dari Sungai Cipalebuh.
Menurutnya, ada dua RW di tempat tinggalnya yang terendam banjir. Meski banjir sudah surut, namun endapan lumpur masih berada di rumah-rumah warga.
"Banyak barang yang rusak terendam banjir. Ini lumpur masih ada di dalam rumah. Sedikit-sedikit dibersihkan dan dikeluarkan lumpurnya ke luar," katanya.
Di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk banjir merendam ratusan hektare sawah yang berdekatan dengan bibir pantai. Bahkan air sempat menutup jalan lintas selatan.
Ridwan (50), warga Desa/Kecamatan Cikelet, mengatakan sempat kesulitan mencari lokasi aman untuk mengungsi. Pasalnya sejumlah jalan ke lokasi pengungsian sudah tertutup banjir.
"Saya sama keluarga baru bisa ke lokasi aman sekitar pukul 06.00. Dari malam sebelumnya sudah siaga karena air di sungai sudah sangat besar," kata Ridwan.
Ketua KNPI Kecamatan Cibalong, Eka Muhammad Mulki mengaku, di Kecamatan Cibalong banjir bandang terjadi di lima desa. Yakni Desa Mekarsari, Karyamukti, Mekarmukti, Mekarwangi dan Karyasari.
Banjir bandang di Cibalong terjadi akibat luapan beberapa sungai yang bermuara di Pantai Selatan Garut. Di Desa Mekarmukti, hujan deras membuat longsor di Kampung Cibekos. Sebanyak 100 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 45 diungsikan sementara karena khawatir terjadi banjir susulan.
"Di Desa Mekarsari, dua jembatan yang ada di Kampung Bangbayang dan Kampung Rancahayam terputus. Jalan ke Bangbayang terputus total. Wilayahnya terisolir dan belum bisa diakses," ucap Eka saat dihubungi.
Sementara, di Desa Mekarwangi, sebuah jembatan gantung di Kampung Sakambangan yang menghubungkan dengan Desa Sagara terputus akibat banjir. Sedangkan di Desa Karyasari, sekitar 700 lebih kepala keluarga rumahnya terdampak banjir. (firman wijaksana)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/sebuah-mobil-coba-diselamatkan-oleh-warga.jpg)